Berita Film dan Buku Genre Science Fiction di Dunia Saat Ini – Ufsacademy

Ufsacademy.com Situs Kumpulan Berita Film dan Buku Genre Science Fiction di Dunia Saat Ini

Petualangan Epik dan Memukau di The Fifth Element – “The Fifth Element” adalah sebuah karya yang memukau dalam genre fiksi ilmiah, memadukan aksi yang mendebarkan dengan dunia yang kaya akan imajinasi. Dirilis pada tahun 1997 dan disutradarai oleh Luc Besson, film ini menghadirkan sebuah perjalanan yang luar biasa di tengah alam semesta yang fantastis. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang “The Fifth Element” dan mengapa film ini tetap menjadi salah satu karya yang paling berkesan dalam genre fiksi ilmiah.

Sinopsis “The Fifth Element”

“The Fifth Element” mengisahkan tentang pencarian seorang pahlawan yang terpilih untuk menyelamatkan dunia dari ancaman kehancuran. Di sebuah galaksi yang jauh di masa depan, seorang pemain taxi bernama Korben Dallas (diperankan oleh Bruce Willis) tanpa sengaja terlibat dalam misi penyelamatan ketika seorang wanita misterius bernama Leeloo (diperankan oleh Milla Jovovich) jatuh dari langit. Bersama dengan seorang ilmuwan tua dan sekelompok pemberontak, Korben dan Leeloo berusaha untuk menemukan dan mengaktifkan “elemen kelima” yang legendaris, satu-satunya kekuatan yang dapat menghentikan kekuatan jahat yang mengancam keberlangsungan hidup umat manusia.

Petualangan Epik dan Memukau di The Fifth Element

Visual yang Mengagumkan dan Desain Dunia yang Kreatif

Salah satu hal yang membuat “The Fifth Element” begitu menonjol adalah visual yang mengagumkan dan desain dunia yang kreatif. Dari kota futuristik New York hingga kapal luar angkasa yang megah, setiap adegan dalam film ini dipenuhi dengan detail yang menakjubkan dan imajinasi yang liar. Kostum-kostum yang unik dan desain karakter yang menarik juga menambah daya tarik visual film ini.

Aksi yang Mendebarkan dan Komedi yang Menghibur

Meskipun menghadirkan tema-tema serius tentang keberlangsungan hidup umat manusia, “The Fifth Element” juga menyajikan aksi yang mendebarkan dan komedi yang menghibur. Adegan-adegan pertarungan yang spektakuler dan momen-momen humor yang khas membuat film ini menjadi hiburan yang menyenangkan bagi para penonton dari segala usia.

“The Fifth Element” adalah sebuah karya yang luar biasa dalam genre fiksi ilmiah, menawarkan kombinasi yang menggetarkan antara petualangan luar angkasa, visual yang mengagumkan, dan humor yang menghibur. Dengan alur cerita yang menggelitik dan karakter-karakter yang ikonik, film ini telah menempatkan dirinya sebagai salah satu karya yang paling berkesan dalam sejarah perfilman. Bagi para penggemar fiksi ilmiah dan petualangan epik, “The Fifth Element” adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan.

Menggali Alam Bawah Sadar dengan Inception – “Inception” adalah sebuah karya yang menghadirkan lanskap batin yang kompleks, mengeksplorasi alam bawah sadar dan realitas dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perfilman. Disutradarai oleh Christopher Nolan dan dirilis pada tahun 2010, film ini menawarkan perpaduan yang menarik antara aksi yang mendebarkan dan misteri psikologis yang mendalam. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang “Inception” dan mengapa film ini tetap menjadi salah satu karya yang paling berkesan dalam genre fiksi ilmiah.

Sinopsis “Inception”

“Inception” mengikuti kisah seorang pencuri berbakat bernama Dom Cobb (diperankan oleh Leonardo DiCaprio), yang memiliki kemampuan untuk meretas alam bawah sadar orang lain untuk mencuri rahasia dari pikiran mereka. Dalam sebuah kesempatan yang langka, Cobb ditawari sebuah kesempatan untuk “menyuntikkan” sebuah ide ke dalam alam bawah sadar seseorang, suatu proses yang dikenal sebagai “inception”. Bersama dengan timnya, Cobb memulai misi yang berbahaya untuk mencapai tujuan ini, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, dia harus menghadapi rahasia gelap dari masa lalunya yang terus menghantuinya.

Menggali Alam Bawah Sadar dengan Inception

Eksplorasi Konsep Alam Bawah Sadar

“Inception” menggali konsep-konsep kompleks tentang alam bawah sadar dan realitas dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam film. Melalui efek visual yang mengagumkan dan cerita yang penuh teka-teki, penonton dibawa dalam perjalanan yang menegangkan di dalam pikiran karakter utama, di mana realitas terus berubah dan batas antara mimpi dan kenyataan menjadi kabur.

Pertanyaan tentang Identitas dan Kenyataan

Di balik lapisan-lapisan misteri dan aksi yang mendebarkan, “Inception” juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang identitas, memori, dan kenyataan. Apa artinya menjadi diri sendiri? Bagaimana membedakan antara kenyataan dan imajinasi? Tema-tema ini memberikan dimensi filosofis yang mendalam pada cerita ini, memaksa penonton untuk merenungkan makna dari eksistensi manusia.

Pengaruh dan Warisan

Sejak dirilis, “Inception” telah menjadi sebuah karya kultus dalam genre fiksi ilmiah, memengaruhi banyak film dan media lainnya dalam budaya populer. Konsep-konsep yang diperkenalkan dalam film ini, seperti “totem” dan “limbo”, telah menjadi topik diskusi yang populer di antara penggemar film dan teori konspirasi.

“Inception” adalah sebuah karya yang luar biasa dalam genre fiksi ilmiah, menawarkan kombinasi yang menarik antara misteri psikologis dan aksi yang mendebarkan. Dengan cerita yang kompleks, visual yang mengagumkan, dan tema-tema yang mendalam, film ini telah menempatkan dirinya sebagai salah satu karya yang paling berkesan dalam sejarah perfilman modern. Bagi para pecinta misteri dan penggemar cerita yang kompleks, “Inception” adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan.

Menjelajahi Galaksi dengan Film Interstellar – “Interstellar” adalah sebuah karya epik dalam genre fiksi ilmiah yang menggabungkan petualangan luar angkasa dengan pemikiran filosofis yang mendalam. Disutradarai oleh Christopher Nolan dan dirilis pada tahun 2014, film ini menggambarkan sebuah perjalanan yang menggetarkan di luar angkasa, mengeksplorasi konsep-konsep kompleks seperti ruang-waktu, dimensi paralel, dan masa depan kemanusiaan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang “Interstellar” dan mengapa film ini tetap menjadi salah satu karya yang paling berkesan dalam sejarah sinema modern.

Sinopsis “Interstellar”

“Interstellar” mengikuti kisah seorang mantan pilot luar angkasa, Cooper (diperankan oleh Matthew McConaughey), yang dipilih untuk memimpin sebuah misi menyelamatkan umat manusia dari krisis ketersediaan sumber daya di Bumi. Bersama dengan sekelompok ilmuwan yang berani, Cooper memulai perjalanan melintasi galaksi untuk menemukan planet baru yang layak huni bagi umat manusia. Namun, mereka segera menemukan bahwa perjalanan mereka tidak hanya tentang menyelamatkan Bumi, tetapi juga tentang memahami ruang-waktu dan peran manusia dalam alam semesta.

Menjelajahi Galaksi dengan Film Interstellar

Eksplorasi Konsep Ilmiah yang Mendalam

“Interstellar” menghadirkan konsep-konsep ilmiah yang kompleks dengan cara yang mengagumkan, termasuk lubang cacing, singularitas gravitasi, dan relativitas waktu. Dengan bantuan konsultan ilmiah Kip Thorne, Nolan berhasil menciptakan representasi visual yang menakjubkan dari konsep-konsep ini, memberikan penonton pengalaman yang mendalam dalam pemahaman tentang alam semesta yang luas dan misterius.

Emosi dan Hubungan Manusia

Di balik spektakel visual dan eksplorasi ilmiah, “Interstellar” juga adalah sebuah kisah tentang hubungan antara manusia, keluarga, dan cinta. Perjalanan Cooper tidak hanya tentang menyelamatkan umat manusia, tetapi juga tentang hubungannya dengan putrinya, Murph, yang tetap setia di Bumi. Konflik emosional antara tugasnya sebagai penjelajah luar angkasa dan keinginannya untuk kembali kepada keluarganya memberikan dimensi emosional yang mendalam pada cerita ini.

Visual yang Mempesona dan Musik yang Menggetarkan

Salah satu hal yang membuat “Interstellar” begitu luar biasa adalah visual yang memukau dan musik yang menggetarkan dari Hans Zimmer. Penggambaran galaksi yang luas, planet-planet yang eksotis, dan peristiwa-peristiwa alam yang mengesankan memberikan pengalaman sinematik yang tak terlupakan bagi para penonton.

“Interstellar” adalah sebuah karya yang luar biasa dalam genre fiksi ilmiah, menawarkan kombinasi yang menggetarkan antara petualangan luar angkasa dan pemikiran filosofis yang mendalam. Dengan visual yang memukau, cerita yang mendebarkan, dan tema-tema yang meresap, film ini telah menempatkan dirinya sebagai salah satu karya yang paling berkesan dalam sejarah sinema modern. Bagi para pecinta fiksi ilmiah dan penggemar petualangan luar angkasa, “Interstellar” adalah sebuah perjalanan yang tak terlupakan.v

Mengenal Saga Luar Angkasa Star Wars, A New Hope – “Star Wars: A New Hope” adalah sebuah film yang menjadi tonggak sejarah dalam dunia perfilman, memulai salah satu saga paling terkenal dan dicintai dalam sejarah sinema. Dirilis pada tahun 1977 dan disutradarai oleh George Lucas, film ini tidak hanya menjadi fenomena budaya tetapi juga mengubah lanskap industri hiburan secara keseluruhan. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang “Star Wars: A New Hope” dan mengapa film ini tetap menjadi ikon dalam genre fiksi ilmiah.

Sinopsis “Star Wars: A New Hope”

“Star Wars: A New Hope” mengisahkan tentang perjalanan seorang petani muda bernama Luke Skywalker, yang tanpa sengaja menemukan pesan dari seorang putri yang ditahan, Leia Organa, yang meminta bantuan untuk melawan Kekaisaran Galaksi yang jahat. Bersama dengan sekelompok pemberontak yang berani, termasuk Jedi tua Obi-Wan Kenobi dan pilot jagoan Han Solo, Luke berusaha untuk menghentikan Kekaisaran dan menghancurkan Death Star, senjata pemusnah bintang super mereka.

Mengenal Saga Luar Angkasa Star Wars, A New Hope

Pengenalan Tokoh dan Dunia

“Star Wars: A New Hope” memperkenalkan penonton pada dunia yang luas dan beragam, yang penuh dengan alien, planet asing, dan teknologi futuristik. Karakter-karakter yang ikonik seperti Darth Vader, Princess Leia, dan Yoda menjadi ikon dalam budaya populer, sementara setting-setting seperti Tatooine, Death Star, dan Hoth telah menjadi legendaris dalam dunia fiksi ilmiah.

Perjuangan antara Kebaikan dan Keburukan

Di balik efek khusus yang spektakuler dan aksi yang mendebarkan, “Star Wars: A New Hope” adalah sebuah kisah tentang perjuangan antara kebaikan dan keburukan, cinta dan pengorbanan, dan harapan dalam menghadapi kegelapan. Tema-tema ini merangkum esensi dari apa yang membuat saga “Star Wars” begitu memikat bagi para penggemar dari segala usia.

Pengaruh dan Warisan

Sejak dirilis, “Star Wars: A New Hope” telah menjadi fenomena budaya yang menginspirasi generasi setelah generasi. Film ini tidak hanya menghasilkan sekuel dan prekuel yang sukses, tetapi juga memicu peningkatan minat dalam genre fiksi ilmiah dan fantasy. Pengaruhnya dapat dilihat dalam berbagai aspek budaya populer, termasuk film, televisi, buku, mainan, dan lainnya.

“Star Wars: A New Hope” adalah sebuah karya yang luar biasa dalam genre fiksi ilmiah, menawarkan pengalaman menonton yang mendalam dan memikat bagi para penggemar petualangan luar angkasa. Dengan karakter-karakter yang ikonik, alur cerita yang mendebarkan, dan tema-tema yang meresap, film ini tetap menjadi salah satu karya yang paling berpengaruh dalam sejarah sinema. Bagi para penggemar “Star Wars” dan fiksi ilmiah secara umum, “A New Hope” adalah sebuah perjalanan yang tidak boleh dilewatkan.

Penetrasi Realitas, Eksplorasi Fiksi Ilmiah dalam The Matrix – “The Matrix” adalah sebuah film fiksi ilmiah yang menjadi fenomena budaya dan ikonik dalam sejarah sinema. Disutradarai oleh The Wachowskis dan dirilis pada tahun 1999, film ini menghadirkan sebuah visi futuristik yang menggabungkan aksi yang mendebarkan dengan konsep-konsep filosofis yang mendalam. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang “The Matrix” dan mengapa film ini tetap menjadi salah satu karya yang paling berpengaruh dalam genre fiksi ilmiah.

Sinopsis “The Matrix”

“The Matrix” mengisahkan tentang dunia di mana manusia hidup dalam ilusi yang diciptakan oleh mesin superintelek yang menguasai dunia nyata. Protagonis utama, Neo (diperankan oleh Keanu Reeves), adalah seorang hacker yang secara tidak sengaja menemukan kebenaran tentang kenyataan yang dia kenal: manusia sebenarnya menjadi budak bagi mesin, dan kenyataan yang dia percayai hanyalah simulasi virtual yang dikenal sebagai “The Matrix”. Bersama dengan para pemberontak, Neo bertempur untuk membebaskan manusia dari penjara ilusi ini dan mengakhiri kekuasaan mesin.

Penetrasi Realitas, Eksplorasi Fiksi Ilmiah dalam The Matrix

Konsep Filosofis dan Metafisika

“The Matrix” tidak hanya menawarkan aksi yang mendebarkan, tetapi juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang mendalam tentang realitas, identitas, dan kebebasan. Konsep-konsep seperti simulasi realitas, determinisme, dan kebebasan individu menjadi pusat dari narasi film ini, memaksa penonton untuk merenungkan makna kehidupan dan eksistensi manusia.

Visual dan Efek Khusus yang Revolusioner

Salah satu hal yang membuat “The Matrix” begitu menonjol adalah visual dan efek khususnya yang revolusioner. Adegan aksi yang diciptakan dengan teknik “bullet time” menjadi ikonik, menghadirkan pengalaman visual yang tak terlupakan bagi para penonton. Gaya sinematik yang inovatif dan atmosfer yang gelap juga menambah daya tarik film ini.

Pengaruh dan Warisan

Sejak dirilis, “The Matrix” telah menjadi sebuah fenomena budaya, memengaruhi banyak film, televisi, dan media lainnya dalam budaya populer. Konsep-konsep yang diperkenalkan dalam film ini terus mempengaruhi pembuat film dan penulis, serta menjadi bahan diskusi dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan.

“The Matrix” adalah sebuah karya yang luar biasa dalam genre fiksi ilmiah, menawarkan pengalaman menonton yang mendalam dan memikat bagi para penggemar cerita yang kompleks dan aksi yang spektakuler. Dengan konsep filosofis yang mendalam, visual yang revolusioner, dan performa yang kuat dari para aktor, film ini tetap menjadi salah satu karya yang paling berpengaruh dalam sejarah sinema. Bagi para penggemar fiksi ilmiah yang mencari sebuah petualangan intelektual yang mendebarkan, “The Matrix” adalah pilihan yang sempurna.

Eksplorasi Masa Depan yang Gelap, Blade Runner – “Blade Runner” (1982) adalah sebuah film klasik yang menjadi ikon dalam genre science fiction dan distopia. Disutradarai oleh Ridley Scott dan dibintangi oleh Harrison Ford, film ini menggambarkan sebuah visi yang gelap dan kompleks tentang masa depan yang penuh dengan kehidupan buatan dan pertanyaan etis tentang manusia dan kecerdasan buatan. Dalam artikel ini, kita akan mengulas lebih dalam tentang “Blade Runner” (1982) dan mengapa film ini tetap menjadi salah satu karya yang paling berpengaruh dalam sejarah sinema.

Sinopsis “Blade Runner” (1982)

“Blade Runner” mengambil latar di Los Angeles pada tahun 2019, di mana manusia hidup berdampingan dengan “replicants”, kehidupan buatan yang diciptakan untuk melayani manusia. Cerita ini mengikuti perjalanan seorang “blade runner” bernama Rick Deckard (diperankan oleh Harrison Ford), seorang pemburu bayaran yang ditugaskan untuk “pensiun” (membunuh) replicants yang melarikan diri ke Bumi. Namun, ketika Deckard menemukan bahwa replicants memiliki lebih banyak kompleksitas emosional daripada yang dia kira, dia mulai mempertanyakan batasan antara manusia dan kehidupan buatan.

Eksplorasi Masa Depan yang Gelap, Blade Runner

Dunia Distopia yang Gelap

“Blade Runner” (1982) menampilkan sebuah dunia yang suram dan kotor, di mana teknologi telah mengubah lanskap urban menjadi lingkungan yang penuh dengan cahaya neon dan hujan asam. Visi Ridley Scott tentang Los Angeles pada tahun 2019 menciptakan atmosfir yang memikat dan mencekam, menciptakan latar belakang yang sempurna untuk cerita tentang alienasi, kesepian, dan kehilangan identitas.

Pertanyaan Etis tentang Manusia dan Kecerdasan Buatan

Salah satu elemen yang membuat “Blade Runner” (1982) begitu menarik adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tentang esensi manusia dan kehidupan buatan. Apakah kecerdasan buatan dapat memiliki emosi? Apakah replicants memiliki hak yang sama dengan manusia? Film ini mempertanyakan apa artinya menjadi manusia dan apakah keberadaan kita ditentukan oleh asal-usul biologis atau pengalaman emosional.

Warisan dan Pengaruh “Blade Runner”

Sejak dirilis, “Blade Runner” (1982) telah menjadi sebuah ikon dalam sinema fiksi ilmiah, memengaruhi banyak film dan media lainnya dalam genre yang sama. Dengan estetika visual yang unik, tema-tema yang kompleks, dan performa yang kuat dari para aktor, film ini terus menjadi sumber inspirasi bagi para sineas dan penggemar fiksi ilmiah di seluruh dunia.

“Blade Runner” (1982) adalah sebuah karya yang luar biasa dalam genre fiksi ilmiah, menawarkan pengalaman menonton yang mendalam dan memikat bagi para penggemar cerita yang kompleks dan atmosfer yang gelap. Dengan pertanyaan-pertanyaan etis yang relevan dan visi visual yang unik, film ini tetap menjadi salah satu karya yang paling berpengaruh dalam sejarah sinema. Bagi para pecinta fiksi ilmiah yang mencari sebuah perjalanan ke dunia distopia yang mendebarkan, “Blade Runner” (1982) adalah pilihan yang sempurna.

Keajaiban Luar Angkasa, The Martian oleh Andy Weir – “The Martian” oleh Andy Weir adalah karya fiksi ilmiah yang menarik dan menggelikan yang mengikuti perjalanan seorang astronot yang terdampar di planet Mars.Mars dan upayanya untuk bertahan hidup dan kembali ke Bumi. Dengan detail ilmiah yang akurat, karakter-karakter yang kuat, dan alur cerita yang mendebarkan, novel ini telah memikat jutaan pembaca di seluruh dunia sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 2011. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang “The Martian” dan mengapa novel ini begitu memikat bagi pembaca dari berbagai latar belakang.

Sinopsis “The Martian” oleh Andy Weir

“The Martian” mengikuti kisah Mark Watney, seorang astronot yang ditinggalkan di Mars setelah anggota krunya mengira dia telah tewas dalam badai dahsyat. Terjebak di planet yang keras dan tidak bersahabat tersebut, Mark harus berjuang untuk bertahan hidup dengan sumber daya terbatas yang ada padanya. Dengan kecerdikan dan ketahanan yang luar biasa, Mark menggunakan pengetahuannya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan solusi-solusi kreatif yang memungkinkannya untuk bertahan hidup di Mars dan berusaha untuk kembali ke Bumi.

Keajaiban Luar Angkasa, The Martian oleh Andy Weir

Pesan Optimisme dan Ketahanan

Meskipun menghadapi tantangan yang luar biasa dan situasi yang putus asa, “The Martian” adalah sebuah kisah tentang optimisme, ketahanan, dan tekad untuk bertahan hidup. Melalui perjuangan Mark untuk mengatasi setiap rintangan yang dihadapinya, pembaca disuguhi dengan pesan yang menginspirasi tentang kekuatan manusia untuk mengatasi kesulitan dan menaklukkan tantangan yang tampaknya tak teratasi.

Keakuratan Ilmiah dan Realisme

Salah satu hal yang membuat “The Martian” begitu menarik adalah detail ilmiah yang akurat dan realisme dalam deskripsi tentang kehidupan di Mars. Andy Weir melakukan riset yang mendalam untuk memastikan bahwa semua aspek ilmiah dalam novel ini konsisten dan masuk akal, sehingga membawa pembaca ke dalam pengalaman yang mendebarkan dan otentik tentang eksplorasi luar angkasa.

“The Martian” oleh Andy Weir adalah sebuah karya yang mengagumkan dalam genre fiksi ilmiah, menawarkan pengalaman membaca yang mendalam dan mendebarkan bagi para penggemar cerita petualangan dan eksplorasi luar angkasa. Dengan karakter yang kuat, plot yang mendebarkan, dan pesan yang inspiratif, novel ini telah memikat dan menginspirasi jutaan pembaca di seluruh dunia. Bagi para pencinta fiksi ilmiah yang mencari petualangan yang mendebarkan dan cerita yang menginspirasi, “The Martian” adalah pilihan yang sempurna.

1984 oleh George Orwell Kritik Sosial Melalui Distopia Gelap – “1984” karya George Orwell adalah salah satu karya sastra paling ikonik dalam genre distopia yang telah mempengaruhi budaya dan politik modern sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 1949. Novel ini menghadirkan sebuah gambaran yang gelap tentang masyarakat yang dikuasai oleh pemerintahan otoriter dan kontrol total atas pikiran dan tindakan individu. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang “1984” dan mengapa novel ini masih relevan hingga saat ini.

Sinopsis “1984” oleh George Orwell

“1984” mengambil latar di negara Oceania yang dikuasai oleh Partai dan pemimpinnya, Big Brother. Cerita ini mengikuti perjalanan seorang pegawai Partai yang bernama Winston Smith, yang mulai meragukan ideologi dan kebenaran yang diimpor oleh pemerintah. Dalam dunia yang terus diawasi oleh polisi pemikiran dan pemantauan yang konstan, Winston berusaha untuk menemukan kebebasan dan kebenaran yang sejati, meskipun hal tersebut membawa risiko besar.

1984 oleh George Orwell, Kritik Sosial Melalui Distopia Gelap

Penggambaran Distopia yang Mencekam

“1984” menyajikan gambaran yang mencekam tentang sebuah masyarakat yang diawasi ketat oleh pemerintah otoriter, di mana kebebasan individu dan kebenaran absolut telah diperdagangkan demi kekuasaan dan kendali. Orwell dengan cermat menggambarkan kontrol pemerintah yang total atas pikiran dan tindakan individu, serta konsekuensi yang mengerikan dari ketidakpatuhan terhadap rezim tersebut. Novel ini juga menyoroti bahaya manipulasi media massa dan propaganda dalam mengendalikan opini publik.

Relevansi dalam Konteks Modern

Meskipun “1984” pertama kali diterbitkan lebih dari tujuh puluh tahun yang lalu, novel ini tetap relevan dalam konteks politik dan sosial yang lebih luas hingga saat ini. Konsep-konsep seperti pengawasan massal, kehilangan privasi, dan kritik terhadap pemerintahan otoriter masih memiliki relevansi yang kuat dalam masyarakat modern yang semakin terhubung secara digital. Banyak elemen dalam novel ini juga dapat ditemukan dalam realitas politik dan media saat ini, membuatnya menjadi sebuah cermin yang menakutkan dari masa kini.

“1984” oleh George Orwell adalah sebuah karya yang menggugah pikiran, menawarkan pengalaman membaca yang mendalam dan memikat bagi pembaca dari berbagai latar belakang. Dengan gambaran yang gelap tentang kontrol pemerintah yang total dan kehilangan privasi individu, novel ini tetap menjadi salah satu karya sastra paling berpengaruh sepanjang masa. Bagi para pembaca yang mencari sebuah karya yang merangsang pikiran dan memicu refleksi tentang kondisi sosial dan politik manusia, “1984” adalah sebuah pilihan yang tidak boleh dilewatkan.

Fiksi Ilmiah The Hunger Games oleh Suzanne Collins – “The Hunger Games” oleh Suzanne Collins adalah salah satu trilogi yang paling populer dalam sastra Young Adult, yang telah menarik perhatian jutaan pembaca di seluruh dunia sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 2008. Dengan alur yang mendebarkan, karakter-karakter yang kuat, dan tema-tema yang merenungkan, trilogi ini telah menjadi fenomena budaya yang besar dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi genre dystopian. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang “The Hunger Games” dan mengapa novel ini begitu memikat bagi pembaca dari berbagai usia.

Sinopsis “The Hunger Games” oleh Suzanne Collins

“The Hunger Games” mengambil latar di sebuah dunia distopia yang keras, di mana masyarakat dibagi menjadi 12 distrik yang dikuasai oleh Capitol yang kejam. Setiap tahun, Capitol mengadakan acara brutal yang disebut “The Hunger Games”, di mana seorang pria dan seorang wanita dari setiap distrik dipilih secara acak untuk bertarung sampai mati dalam arena yang mematikan. Ketika adiknya yang bernama Primrose Everdeen terpilih untuk berpartisipasi dalam permainan ini, seorang remaja bernama Katniss Everdeen dengan berani menggantikan posisinya dan memulai perjalanan pemberontakan yang tak terduga.

Fiksi Ilmiah The Hunger Games oleh Suzanne Collins

Pemberontakan dan Ketahanan

“The Hunger Games” mengeksplorasi tema-tema kuat tentang kekuasaan, ketidakadilan, dan ketahanan. Melalui perjuangan Katniss untuk bertahan hidup dalam permainan yang mematikan, pembaca disuguhi dengan cerita yang memikat tentang keberanian, persahabatan, dan keadilan. Cerita ini juga menyoroti dampak kekerasan dan manipulasi media massa dalam mempengaruhi opini publik dan mengendalikan masyarakat.

Pengaruh “The Hunger Games”

Sejak pertama kali diterbitkan, “The Hunger Games” telah menjadi fenomena budaya yang besar, dengan menjual lebih dari 100 juta kopi di seluruh dunia dan diadaptasi menjadi sebuah seri film yang sukses. Novel ini telah mempengaruhi banyak karya sastra dan film berikutnya dalam genre dystopian dan Young Adult, serta memicu banyak diskusi tentang isu-isu sosial dan politik yang relevan.

“The Hunger Games” oleh Suzanne Collins adalah sebuah karya yang memikat dan merangsang pikiran, menawarkan pengalaman membaca yang mendalam dan memikat bagi para pembaca dari berbagai usia. Dengan cerita yang mendebarkan, karakter-karakter yang kompleks, dan tema-tema yang merenungkan, trilogi ini tetap menjadi salah satu karya yang paling berpengaruh dalam sastra Young Adult modern. Bagi para penggemar cerita dystopian yang mencari petualangan yang memikat dan berpikir, “The Hunger Games” adalah pilihan yang sempurna.

Foundation Mahakarya Fiksi Ilmiah karya Isaac Asimov – “Foundation” oleh Isaac Asimov adalah sebuah karya monumental dalam genre fiksi ilmiah yang telah memikat dan menginspirasi pembaca sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 1951. Novel ini tidak hanya menghadirkan sebuah cerita epik yang menarik, tetapi juga mengeksplorasi tema-tema mendalam tentang kekuasaan, peradaban, dan masa depan umat manusia. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi “Foundation” lebih dalam, dari latar belakangnya hingga dampaknya yang abadi dalam sastra fiksi ilmiah.

Sinopsis “Foundation” oleh Isaac Asimov

“Foundation” mengambil latar di masa depan yang jauh, di mana Galaksi diperintah oleh Kekaisaran Galaksi yang ambisius. Ketika seorang matematikawan jenius bernama Hari Seldon memprediksi kehancuran Kekaisaran, ia memulai sebuah proyek rahasia untuk menyelamatkan pengetahuan manusia dari kehancuran. Dia membentuk “Foundation”, sebuah koloni ilmiah yang bertujuan untuk memelihara kearifan umat manusia dan mempersiapkan kembalinya peradaban setelah kehancuran. Novel ini mengikuti perjalanan “Foundation” melalui berbagai tantangan politik, intrik, dan konflik yang mengancam keberadaannya.

Foundation Mahakarya Fiksi Ilmiah karya Isaac Asimov

Dunia yang Kompleks dan Mendalam

Asimov dengan brilian menciptakan sebuah alam semesta yang luas dan beragam dalam “Foundation”. Dari planet-planet yang jauh hingga politik antarplanet yang rumit, pembaca disuguhi dengan pemandangan yang kaya akan detail dan kompleksitas. Karakter-karakter yang mendalam dan penuh nuansa, serta plot yang rumit dan merenungkan, memberikan kedalaman yang luar biasa pada cerita dan memikat pembaca ke dalam alur yang mendebarkan.

Pengaruh “Foundation”

Sejak pertama kali diterbitkan, “Foundation” telah menjadi salah satu karya terpenting dalam fiksi ilmiah, memenangkan berbagai penghargaan dan mendapatkan pujian dari kritikus dan pembaca. Pengaruhnya dapat dilihat dalam banyak karya fiksi ilmiah modern, serta dalam budaya populer secara keseluruhan. Novel ini juga telah diadaptasi ke dalam berbagai bentuk media lainnya, termasuk film, serial televisi, dan permainan video.

“Foundation” oleh Isaac Asimov adalah sebuah karya yang luar biasa dalam genre fiksi ilmiah, menawarkan pengalaman membaca yang mendalam dan memikat bagi para penggemar cerita epik dan futuristik. Dengan alam semesta yang kompleks, karakter-karakter yang mendalam, dan tema-tema yang merenungkan, “Foundation” tetap menjadi salah satu novel yang paling berpengaruh dalam sastra fiksi ilmiah, dan terus menjadi sumber inspirasi bagi banyak karya lain dalam dunia sastra dan budaya populer. Bagi para pecinta fiksi ilmiah yang mencari petualangan intelektual yang menggugah pikiran, “Foundation” adalah sebuah pilihan yang sempurna.

Dunia Cyberpunk Neuromancer karya William Gibson – “Neuromancer” karya William Gibson adalah salah satu karya fiksi ilmiah yang paling berpengaruh dalam genre cyberpunk. Diterbitkan pada tahun 1984, novel ini tidak hanya mendefinisikan genre baru, tetapi juga meramalkan perkembangan teknologi seperti internet, kecerdasan buatan, dan realitas virtual. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi “Neuromancer” lebih dalam, dari latar belakangnya hingga warisannya yang abadi dalam dunia sastra fiksi ilmiah.

Sinopsis “Neuromancer” oleh William Gibson

“Neuromancer” mengikuti kisah seorang hacker jenius yang bernama Case, yang kehilangan kemampuan untuk mengakses cyberspace setelah melakukan kesalahan dalam pekerjaan sebelumnya. Namun, kesempatan kedua muncul ketika seorang majikan misterius menawarkannya kesempatan untuk memperoleh kembali aksesnya dengan imbalan imbalan besar. Case bergabung dengan sekelompok karakter yang eklektik, termasuk seorang samurai jaringan dan seorang wanita bernama Molly dengan implantasi cybernetic, dalam sebuah misi yang penuh bahaya untuk mengeksplorasi dunia maya yang gelap dan berbahaya.

Dunia Cyberpunk Neuromancer karya William Gibson

Dunia Cyberpunk yang Gelap

“Neuromancer” membawa pembaca ke dalam dunia yang suram dan futuristik, di mana teknologi telah merasuki setiap aspek kehidupan manusia. Gibson dengan cermat menciptakan gambaran tentang kota-kota megapolis yang kacau dan penuh dengan kekacauan, di mana perbedaan antara realitas dan virtual semakin kabur. Atmosfir yang gelap dan mencekam dari novel ini menciptakan suasana yang memikat, memikat pembaca ke dalam pengalaman yang tidak terlupakan.

Pengaruh “Neuromancer”

Sejak pertama kali diterbitkan, “Neuromancer” telah menjadi karya yang sangat berpengaruh dalam genre fiksi ilmiah. Novel ini tidak hanya mendefinisikan genre cyberpunk, tetapi juga meramalkan banyak perkembangan teknologi yang kemudian terwujud dalam kehidupan nyata. Karya Gibson telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak pengarang, pembuat film, dan seniman lainnya, dan warisannya terus hidup dalam budaya populer.

“Neuromancer” oleh William Gibson adalah sebuah karya yang luar biasa dalam genre fiksi ilmiah, menawarkan pengalaman membaca yang mendalam dan memikat bagi para penggemar cerita futuristik yang gelap. Dengan dunia yang kompleks, karakter yang mendalam, dan tema-tema yang merenungkan, “Neuromancer” tetap menjadi salah satu novel yang paling berpengaruh dalam genre cyberpunk, dan terus menjadi sumber inspirasi bagi banyak karya lain dalam dunia sastra dan budaya populer. Bagi para penggemar fiksi ilmiah yang mencari petualangan yang menggugah pikiran, “Neuromancer” adalah sebuah pilihan yang sempurna.

Kekayaan Semesta dalam Fiksi Ilmiah Dune karya Frank Herbert – “Dune” karya Frank Herbert adalah sebuah mahakarya fiksi ilmiah yang telah menjadi salah satu novel paling dihormati dan diakui dalam genre tersebut sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 1965. Dengan alam semesta yang kompleks, karakter-karakter yang mendalam, dan tema-tema yang mendalam, “Dune” telah menarik jutaan pembaca di seluruh dunia. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang keajaiban “Dune” dan mengapa novel ini begitu memikat.

Sinopsis “Dune” oleh Frank Herbert

“Dune” mengambil latar di masa depan yang jauh, di mana alam semesta diperintah oleh Kekaisaran Galaksi yang ambisius. Kisahnya berpusat di sekitar planet gurun yang keras dan berbahaya yang disebut Arrakis, yang juga dikenal sebagai Dune. Planet ini adalah satu-satunya sumber dari rempah-rempah yang paling berharga di alam semesta, yaitu rempah yang memperpanjang umur dan meningkatkan kekuatan mental, yang dikenal sebagai Melange atau “Spice”.

Kekayaan Semesta dalam Fiksi Ilmiah Dune karya Frank Herbert

Novel ini mengikuti perjalanan Paul Atreides, seorang pemuda yang merupakan anggota dari keluarga bangsawan, saat ia belajar untuk beradaptasi dengan kehidupan di Arrakis dan memimpin orang-orangnya melawan ancaman yang mengintai. Sementara itu, konspirasi politik, intrik, dan pertempuran epik antara keluarga bangsawan mengarah pada perebutan kekuasaan yang menentukan masa depan alam semesta.

Daya Tarik “Dune”

“Dune” menarik perhatian pembaca dengan dunia yang kompleks dan mendalam yang telah diciptakan oleh Herbert. Deskripsi yang detail tentang planet Arrakis dan budaya bangsawan yang rumit menarik pembaca ke dalam alam semesta yang penuh misteri dan keajaiban. Selain itu, karakter-karakter yang kompleks dan penuh nuansa, serta tema-tema yang merenungkan seperti politik, agama, dan lingkungan, memberikan kedalaman yang luar biasa pada cerita.

Pengaruh dan Warisan

Sejak pertama kali diterbitkan, “Dune” telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak pengarang dan pembuat film di seluruh dunia. Novel ini telah dianggap sebagai salah satu karya terpenting dalam fiksi ilmiah, memenangkan berbagai penghargaan bergengsi dan terjual lebih dari 20 juta kopi di seluruh dunia. Pengaruhnya juga dapat dilihat dalam budaya populer, dengan adaptasi film, serial televisi, dan permainan video yang terinspirasi oleh karya ini.

“Dune” oleh Frank Herbert adalah sebuah karya epik yang telah menarik pembaca dengan alam semesta yang kaya dan karakter-karakter yang mendalam. Dengan tema-tema yang merenungkan dan alur cerita yang mendebarkan, “Dune” tetap menjadi salah satu novel fiksi ilmiah yang paling berpengaruh dan dihormati sepanjang masa. Bagi para penggemar genre ini, “Dune” adalah sebuah pengalaman tak terlupakan yang akan terus membawa kita ke dalam petualangan di alam semesta yang penuh misteri dan keajaiban.

Buku Fiksi Ilmiah Terbaik Yang Harus Dibaca Semua Orang

Buku Fiksi Ilmiah Terbaik Yang Harus Dibaca Semua Orang – Mencari sci-fi berikutnya yang harus dibaca? Cyberpunk, opera luar angkasa, distopia kami telah mengumpulkan beberapa novel fiksi ilmiah favorit tim WIRED. Beberapa sangat masuk akal, yang lain adalah perjalanan imajinasi yang liar, tetapi semua menghadirkan visi yang menarik tentang kemungkinan masa depan kita. Tercantum di sini dalam urutan kronologis untuk completists.

Anda juga dapat menikmati panduan kami untuk film fiksi ilmiah terbaik dan film luar angkasa terbaik juga. Jika Anda mencari lebih banyak inspirasi membaca, cobalah pilihan buku fantasi terbaik kami dan kami memiliki panduan untuk buku audio terbaik jika Anda merasa malas. slot gacor

The Blazing World, by Margaret Cavendish (1666)

Buku ini bisa dibilang buku fiksi ilmiah pertama yang pernah ditulis. Bahasa The Blazing World mungkin kuno, tetapi teks feminis yang berani dari Margaret Cavendish ini dikemas penuh dengan imajinasi tidak hanya sangat berani pada masanya. Ini juga masih sangat relevan; dikutip sebagai inspirasi oleh penulis termasuk China Miéville dan Alan Moore.

Buku Fiksi Ilmiah Terbaik Yang Harus Dibaca Semua Orang

Kisah utopis Cavendish mengikuti petualangan seorang wanita yang diculik, yang melakukan perjalanan ke dunia lain yang dijalankan oleh sebagian manusia, sebagian hewan – manusia rubah, pria ikan, pria angsa, daftarnya terus berlanjut. Karena dia adalah wanita yang sangat cantik, dia menjadi Permaisuri mereka, dan mengatur invasi mahakuasa ke dunianya sendiri, lengkap dengan api literal (batu) yang turun dari langit.

Frankenstein, oleh Mary Shelley (1818)

Mary Shelley mulai menulis film thriller gothic klasik Frankenstein ketika dia berusia 18 tahun. Dua abad kemudian, itu adalah nenek moyang utama dari genre fiksi ilmiah dan horor, menangani tema-tema besar seperti sifat hidup dan mati, keabadian dan rekayasa genetika.

Ini adalah novel pro-sains yang pada intinya menunjukkan Dr Frankenstein sebagai iblis yang tidak berperasaan dalam cerita, yang menciptakan makhluk dan tidak mau menerima tanggung jawab atas tindakannya.

Di zaman di mana ruang antara kehidupan teknis dan kematian lebih sempit dari sebelumnya, dan para ilmuwan bermain-main dengan apa yang membuat kita menjadi manusia, Frankenstein masih bisa memberikan pelajaran penting: hanya karena Anda bisa, bukan berarti Anda harus melakukannya.

Foundation, by Isaac Asimov (1951)

Asimov adalah seorang penulis yang produktif, tetapi banyak dari karya terbaiknya adalah cerita pendek klasik seperti Nightfall, atau The Last Question, yang dimainkan seperti lelucon panjang dengan twist lucu di bagian akhir.

Dalam seri Foundation, dia dalam mode lain sepenuhnya, memetakan naik turunnya kerajaan dalam sapuan kuas. Prosa Asimov dapat kaku, dan mengkhianati sikap pada masanya dalam penggambaran karakter wanita, tetapi ia telah meninggalkan warisan abadi.

Buku Fiksi Ilmiah Terbaik Yang Harus Dibaca Semua Orang

Seri Foundation mengikuti Hari Seldon, yang merupakan arsitek psikohistory cabang matematika yang dapat membuat prediksi akurat ribuan tahun sebelumnya, dan yang Seldon percaya perlu untuk menyelamatkan umat manusia dari zaman kegelapan.

Anda dapat melihat mengapa buku ini menjadi salah satu buku favorit Elon Musk (bersama dengan The Hitchhiker’s Guide to the Galaxy, dan The Moon is A Harsh Mistress oleh Robert Heinlein juga direkomendasikan). Adaptasi layar yang telah lama ditunggu-tunggu adalah salah satu acara unggulan Apple TV+.

The Stars My Destination, oleh Alfred Bester (1957)

Novel penting ini dimulai dengan proposisi sederhana bagaimana jika manusia bisa berteleportasi? dan terbentang dalam kisah kelahiran kembali dan pembalasan yang berkelok-kelok melintasi Tata Surya: Hitungan Monte Cristo untuk zaman antarbintang.

Pertama kali diterbitkan sebagai Tiger! Harimau! di Inggris, dinamai puisi William Blake, itu mengikuti Gully Foyle seorang kasar, kasar tidak berpendidikan yang menghabiskan enam bulan terdampar di luar angkasa, dan sisa buku mencari pembalasan untuk itu.

Buku Fiksi Ilmiah Yang Layak Diadaptasikan Ke Depan Layar

Buku Fiksi Ilmiah Yang Layak Diadaptasikan Ke Depan Layar – Inilah kebangkitan yang eksplosif dalam fiksi ilmiah dan program TV dan film fantasi untuk beberapa waktu sekarang. Namun, masih ada ruang untuk lebih. Sifat kompleks dari sebagian besar fiksi ilmiah dan serial fantasi berarti bahwa adaptasi TV seringkali merupakan pilihan yang lebih baik, tetapi saya tidak pilih-pilih: Saya hanya ingin melihat delapan novel atau seri ini di layar dalam kapasitas tertentu.

The Warrior’s Apprentice, Lois McMaster Bujold (The Vorkosigan Saga)

Dalam The Sorcerer’s Apprentice, segmen terkenal dari film Disney Fantasia, Mickey Mouse yang naif dan malang melemparkan mantra sihir yang menghasilkan bencana yang meningkat secara meriah. Jika judul novel pertama di The Vorkosigan Saga terdengar seperti permainan, ya, itu karena memang begitu. idn slot

Buku Fiksi Ilmiah Yang Layak Diadaptasikan Ke Depan Layar

Kecuali bahwa alih-alih pasukan sapu yang terobsesi dengan air, protagonis kami yang berusia 17 tahun, Miles Vorkosigan, akhirnya bertanggung jawab atas seluruh armada pesawat ruang angkasa tentara bayaran, berkat serangkaian kesalahpahaman dan improvisasi yang semakin lucu. Itu mengarah pada konsekuensi politik dari proporsi galaksi.

The Warrior’s Apprentice adalah kejar-kejaran sebuah buku. Miles Vorkosigan adalah salah satu karakter fiksi ilmiah paling fantastis yang pernah ditulis, dan itu adalah kejahatan yang dia belum dihidupkan di layar.

Mungkin sebagian alasan dia tidak melakukannya adalah karena dia tampak cacat: upaya pembunuhan saat ibunya hamil mengakibatkan kerusakan pralahir yang bahkan pengobatan tingkat lanjut tidak dapat sepenuhnya diperbaiki.

Pertumbuhan Miles terhambat dan tulangnya rapuh, dan sebagai akibatnya, masyarakat yang berprasangka dan aristokrat di dunia asalnya siap untuk menganggapnya lemah dan tidak penting.

Kecemerlangan karakternya adalah bagaimana Miles menolak untuk menerima keterbatasannya sendiri, tanpa henti mencari jalan menuju kebesaran meskipun atau mungkin karena setiap rintangan yang tampaknya tidak dapat diatasi di jalannya.

Kushiel’s Dart, Jacqueline Carey (Kushiel’s Legacy)

Game of Thrones membuktikan bahwa menggabungkan sensualitas dengan fantasi adalah daya tarik yang menarik. Kushiel’s Dart, sebuah kisah pelacur, malaikat, politik, dan intrik, berfokus pada pahlawan wanita yang tidak mungkin Phèdre nó Delaunay, yang dilahirkan dengan bintik merah di matanya yang menandakan bahwa dia ditakdirkan untuk menemukan kesenangan dalam kesakitan.

Dia dijual sebagai pelayan kontrak kepada seorang bangsawan yang melatih dia untuk tidak hanya menjadi pelacur tapi mata-mata, akhirnya melibatkan dia dalam plot untuk menggulingkan seluruh bangsanya.

Meskipun tidak sesuai untuk anak-anak, adaptasi layar bisa menjadi perayaan dan pemeriksaan sisi gelap dan berduri dari seksualitas manusia. Novel ini indah dan duniawi dengan cara yang hanya diizinkan oleh beberapa produksi Amerika, dan akan menarik untuk membawa sesuatu yang begitu cerdas, halus, dan seksual ke layar.

The Caves of Steel, Isaac Asimov (The Robot Series)

Isaac Asimov adalah salah satu tokoh fiksi ilmiah awal yang hebat. Dia adalah seorang penulis yang sangat produktif yang menulis atau mengedit lebih dari 500 buku dalam hidupnya, dan yang menciptakan istilah “robotika” dalam sebuah cerita pendek tahun 1941.

Meskipun buku Elijah Baley-nya kurang terkenal, itu adalah favorit saya, mungkin karena itu adalah buku Asimov pertama yang saya baca saat kecil. Asimov mengatakan bahwa dia menulis The Caves of Steel sebagai latihan untuk membuktikan bahwa fiksi ilmiah dapat dimasukkan ke dalam genre lain; dalam hal ini, genre pembunuhan-misteri.

Buku Fiksi Ilmiah Yang Layak Diadaptasikan Ke Depan Layar

Buku yang berlatar masa depan Bumi di mana kelebihan populasi besar-besaran telah mendorong umat manusia mundur ke kota-kota yang terisolasi dari dunia luar, berpusat pada detektif polisi New York Elijah Baley.

Dia dipaksa untuk berkolaborasi dengan robot mirip manusia yang mengganggu untuk menyelidiki pembunuhan dan dengan cepat ditarik ke dalam misteri yang sangat politis dan lebih berbahaya daripada yang terlihat. Ini mengarah pada penemuan mengejutkan tentang dirinya dan dunia tempat dia tinggal.

Sebuah adaptasi dari novel ini ditayangkan di BBC pada tahun 1964, tetapi pada saat itu, jaringan memiliki kebiasaan tragis secara historis menghapus kaset masternya untuk digunakan kembali, sehingga hampir tidak ada rekaman yang bertahan.

Berbagai Film Sci-Fi Yang Berasal Dari Jerman

Berbagai Film Sci-Fi Yang Berasal Dari Jerman – Jerman memiliki sejarah modern yang kompleks dan sulit, dan bioskop terbukti menjadi salah satu jalan terbaik bagi seniman Jerman untuk mengeksplorasi dan menikmati sejarah ini.

Sementara Jerman dikenal karena keterikatannya yang tajam pada realisme dan penyelidikan kelam tentang sifat manusia dalam film, Jerman juga memiliki catatan eksperimen yang mendalam, yang mencapai puncaknya dengan genre fiksi ilmiah.

Setelah bertahan dalam Perang Dunia I, kebijakan fasis Partai Nazi yang berpuncak pada Perang Dunia II, dan negara yang terpecah sebagian dikuasai oleh Komunis, Jerman baru saja dalam 30 tahun terakhir ini menemukan suaranya sebagai bangsa yang bersatu. Film-film fiksi ilmiah dalam daftar ini mencerminkan sifat kusut identitas Jerman, mulai dari masa-masa awal sinema hingga tahun-tahun belakangan ini. www.shortqtsyndrome.org

World On A Wire (1973)

Satu-satunya fitur fiksi ilmiah dari sutradara Jerman yang terkenal aneh, Rainer Werner Fassbender, World on a Wire menyelidiki batasan hubungan manusia dengan teknologi. Dalam film tersebut, The Institute for Cybernetics and Futurology mengembangkan proyek yang disebut Simulacron 1, yang memungkinkan mereka memprediksi masa depan dengan akurasi yang luar biasa.

Ketika ilmuwan yang bertanggung jawab atas proyek tersebut meninggal karena bunuh diri, seorang pria baru dibawa ke kapal untuk menjaga agar proyek tersebut tetap berjalan. Pria ini, Dr. Fred Stiller, segera mulai bergumul dengan masalah psikologis yang sama yang melanda pendahulunya, meningkatkan keraguan serius tentang kelangsungan hidup Simulacron 1.

Woman In The Moon (1929)

Salah satu sutradara paling produktif di Jerman, Fritz Lang terkenal karena mahakaryanya Metropolis dan M, tetapi dia juga bertanggung jawab atas fitur yang mencengangkan tentang astronot wanita yang melakukan perjalanan ke sisi jauh Bulan. Wanita itu adalah bagian dari ekspedisi untuk mencari emas di raksasa berbatu itu.

Meskipun pengembangan karakter dan plot bukan yang paling mendalam di sini, film seperti Woman in the Moon lebih mengandalkan tontonan visual daripada elemen lainnya. Dalam gaya Fritz Lang, film ini tidak mengecewakan. Ini menggambarkan gaya sentrifugal yang mempengaruhi penumpang di kapal saat mereka memulai perjalanan mereka, dan desain yang ditetapkan begitu mereka mendarat sangat mewah dan rinci.

Eolomea (1972)

Eolomea adalah prosedur perjalanan luar angkasa menarik yang dibuat di Jerman Timur di bawah batasan yang ketat dan dengan batasan artistik. Dalam fitur luar angkasa yang dalam ini, sekelompok penjelajah potensial terjebak di tengah pertempuran antara ilmuwan dan birokrat untuk memulai perjalanan menuju planet tituler, Eolomea.

Film ini memberikan kritik yang halus, namun pedas terhadap jenis pemerintahan yang berlebihan yang melanda Jerman Timur hingga Tembok Berlin runtuh pada tahun 1989. Film ini juga mencakup beberapa desain set intergalaksi yang menakjubkan dan mencolok.

The Noah’s Ark Principle (1984)

Sebuah pendahulu yang membuka mata untuk konflik dan manipulasi yang akan melanda Timur Tengah dalam beberapa dekade kemudian, The Noah’s Ark Principle terjadi pada tahun 1997 yang sangat jauh (saat itu). Kekuatan Barat telah bekerja sama untuk membawa teknologi ke laboratorium ruang angkasa yang memiliki kemampuan memanipulasi cuaca di Bumi. Harapan mereka adalah menggunakan teknologi untuk menyerang Arab Saudi.

Sejumlah ilmuwan dan teknisi laboratorium yang bergilir saling bertarung untuk menguasai laboratorium, beberapa berharap untuk menyelamatkan Timur Tengah dari bencana banjir yang akan menghancurkannya, sementara yang lain berkeinginan untuk menindaklanjuti rencana awal. Untung ini tahun 2021, 24 tahun kemudian setelah peristiwa film tersebut, dan tidak ada bukti adanya teknologi seperti itu.

Gold (1934)

Gold menikmati perkembangan industri dan ekonomi. Film ambisius dari Karl Hartl ini mengikuti cobaan dan kesengsaraan seorang ilmuwan alkimia yang mencoba mengubah timah menjadi emas. Ilmuwan, Hans Alber, membangun reaktor nuklir dengan asistennya, dan perangkat tersebut membuat upaya mereka berhasil.

Idealis tentang implikasi penemuan mereka, pasangan berharap untuk melimpahkan kekayaan kepada seluruh umat manusia. Sebaliknya, investor istimewa yang berharap untuk menyimpan perangkat untuk diri mereka sendiri membawa para ilmuwan pada kesimpulan bahwa mereka harus menghancurkan penemuan mereka sebelum membuat kesenjangan ekonomi semakin besar.

The Cabinet of Dr. Caligari (1920)

Permata era bisu yang abstrak dan performatif, The Cabinet of Dr. Caligari membuat pernyataan artistik yang berpengaruh dan seperti mimpi. Karakter utama adalah seorang penghipnotis yang bepergian dengan sirkus dan memamerkan somnambulist, atau sleepwalker, Cesare. Ternyata Caligari memaksa Cesare melakukan pembunuhan atas perintahnya.

Film ini penuh dengan urutan Ekspresionistik dan desain set yang terdistorsi yang menambah sifat terpesona dari peristiwa film tersebut. Gaya sudut dan bayangan film ini terbukti menjadi inspirasi utama untuk film noir yang muncul setelahnya.

Hard To Be A God (1989)

Film Jerman Barat ini, difilmkan di Uni Soviet, berfokus pada kehidupan 1.000 tahun ke depan. Manusia telah berhasil memadamkan semua kebencian dan agresi yang mengarah pada peperangan dan konflik, dan mereka berharap untuk menyebarkan Injil anti-kekerasan baru mereka ke seluruh alam semesta.

Ketika sekelompok penjelajah ruang bertemu dengan ras alien yang terperosok dalam pertempuran, mereka akan mengalami kekerasan untuk pertama kalinya dalam hidup mereka. Pembuatan film epik ini memakan waktu enam tahun dan termasuk cameo dari Werner Herzog.

The Hands Of Orlac (1924)

Disutradarai oleh orang yang sama yang bertanggung jawab atas Kabinet Dr. Caligari, Robert Wiene, The Hands of Orlac adalah mahakarya era bisu lainnya tentang seorang pianis terkenal yang tangannya terbakar dalam kecelakaan mobil. Seorang dokter aneh menawarinya tangan baru. Pianis, yang tidak mau melepaskan karirnya, menerima.

Setelah transplantasi, serangkaian pencekikan terjadi di sekitar pianis, dan dia memahami bahwa tangan barunya adalah penyebabnya. Dimiliki oleh kekuatan yang tidak diketahui, mereka telah mengubahnya menjadi mesin pembunuh.

The Hamburg Syndrome (1979)

Berbagai Film Sci-Fi Jerman

Sebuah film pandemi fiksi ilmiah, The Hamburg Syndrome membahas penderitaan aneh yang menyebar ke seluruh Hamburg dengan kekuatan wabah pes. Sementara sifat penderitaan yang sebenarnya tidak pernah terungkap, film ini benar-benar merupakan eksplorasi tentang bagaimana orang-orang memperlakukan satu sama lain ketika hal-hal menghantam penggemar.

Sekelompok ilmuwan penyakit mencoba melarikan diri ke selatan dengan harapan menemukan obatnya, tetapi mereka menemui hambatan berat di sepanjang jalan, mulai dari kerusakan moral mereka sendiri hingga kru pembersihan yang jahat.

Hell (2011)

Sebuah film fiksi ilmiah modern yang mengerikan, Hell sama tidak menyenangkannya dengan kedengarannya. Kedekatan Matahari yang semakin dekat dengan planet asal manusia telah menciptakan semacam efek Bumi hangus, dan para penyintas yang tersisa terpaksa mengembara di planet ini untuk mencari air dan makanan.

Setelah ditawari tumpangan ke waduk terdekat, trio di tengah film menemukan dirinya di tengah penyergapan. Mereka dipaksa untuk berjuang untuk hidup mereka, tidak peduli berapa banyak darah yang mereka tumpahkan.

Beberapa Judul Film Sci-Fi Yang Dibuat Berdasarkan Buku

Beberapa Judul Film Sci-Fi Yang Dibuat Berdasarkan Buku – Film fiksi ilmiah selalu menjadi bagian penting dari sinema. Dengan jumlah kemungkinan yang tak terbatas, beberapa aspek fiksi ilmiah bahkan telah berkontribusi langsung pada berbagai kemajuan teknologi. Memang, meski beberapa film pasti jauh lebih baik daripada yang lain, genre ini selalu mendapat tempat dalam budaya pop Amerika.

Selain itu, karena genre ini telah memengaruhi bioskop pada umumnya, sangat mengejutkan untuk melihat film mana yang sebenarnya didasarkan pada buku. Meskipun tidak setiap film merupakan adaptasi sempurna dari materi sumbernya, masih banyak kesuksesan yang hanya diilhami oleh konsep novel. Melihat kembali beberapa film fiksi ilmiah terbesar selama bertahun-tahun, berikut adalah daftar beberapa film fiksi ilmiah berdasarkan buku.

Blade Runner (1982)

Sebagai salah satu film fiksi ilmiah terbaik yang pernah dibuat, Blade Runner sebenarnya didasarkan pada novel, Do Androids Dream of Electric Sheep? oleh Philip K. Dick. Meskipun sutradara Ridley Scott layak mendapatkan banyak pujian karena menghidupkan dunia Blade Runner, sebenarnya visi asli Philip K. Dick yang membantu membuat Blade Runner begitu sukses. shortqtsyndrome.org

Lebih jauh, film ini sebenarnya sangat berbeda dari novelnya, menyimpan banyak karakter dan cerita dasar yang sama, tetapi masih mengubah banyak detail lainnya. Secara keseluruhan, di antara perbedaan dalam setiap versi, kedua bentuk media menawarkan sentuhan fiksi ilmiah yang hebat, sehingga mudah untuk melihat mengapa buku tersebut diadaptasi sejak awal.

Jurassic Park (1993)

Film dinosaurus ikonik Steven Spielberg dianggap oleh banyak orang sebagai tontonan penting, bahkan hingga hari ini. Sebagai kisah peringatan kemajuan sains, film ini mengikuti sekelompok orang saat mereka mencoba melarikan diri dari serangkaian predator prasejarah. Namun, seperti halnya film Spielberg, Jaws (1975), Jurassic Park juga didasarkan pada novel.

Diterbitkan dengan nama yang sama, penulis Michael Crichton merilis buku tersebut tiga tahun sebelum film tersebut dirilis. Mempertimbangkan betapa sedikitnya waktu yang dibutuhkan agar film tersebut dapat diproduksi, novel Crichton benar-benar berhasil menarik perhatian penonton, membuat film adaptasi Jurassic Park hanya tinggal menunggu waktu.

Iron Giant (1999)

Sebagai salah satu film animasi paling dicintai sepanjang masa, Brad Bird’s The Iron Giant memikat penonton di mana saja dan masih memiliki tempat khusus di hati banyak orang. Yang cukup menarik, novel asli Ted Hughes sebenarnya berjudul The Iron Man: A Children’s Story in Five Nights. Namun, ketika diterbitkan di AS, namanya berubah menjadi The Iron Giant.

Mempertimbangkan popularitas karakter Marvel’s Iron Man saat ini, hal-hal pasti akan membingungkan jika editorial tetap menggunakan nama aslinya. Betapapun indahnya film itu, sangat mengejutkan bahwa itu tidak berhasil di box office. Namun untungnya, hal-hal berikut ini telah memberikan film dan buku pengakuan yang layak diterima keduanya.

War Of The Worlds (1953 & 2005)

Kisah War of the Worlds yang populer dari H.G. Wells telah diadaptasi beberapa kali selama bertahun-tahun. Dalam siaran radio terkenal dari cerita yang dibacakan oleh Orson Welles, cerita tersebut menyebabkan banyak kepanikan, karena beberapa pendengar percaya bahwa cerita itu benar. Namun, film ini kemudian akan menerima 2 adaptasi sinematik, dengan satu bernasib jauh lebih baik daripada yang lain. Meskipun sebagian besar mungkin akrab dengan versi Tom Cruise 2005, film 1953 jauh lebih dekat dengan cerita sebenarnya.

Meski lebih tua, masih ada banyak pesona dalam film sci-fi klasik yang membuatnya sangat menyenangkan untuk ditonton, bahkan hingga hari ini. Demikian juga, penggemar dan kritikus sama-sama memiliki pendapat yang jauh lebih baik tentang versi lama yang membuat film baru sangat sulit untuk mengukurnya. Meskipun film Steven Spielberg tahun 2005 mungkin bukan film fiksi ilmiah terburuk yang pernah dibuat, film ini lebih menyimpang dari kisah War of the Worlds daripada film tahun 1953.

The Martian (2015)

Sangat sulit untuk menganggap The Martian sebagai fiksi ilmiah, terutama dengan sebagian besar sains sangat akurat baik dalam novel maupun film. Berkenaan dengan novel secara khusus, penulis Andy Weir melakukan banyak penelitian dan menulis cerita yang sebagian besar akurat secara ilmiah mengingat kondisinya.

Karena itu, film ini juga sangat akurat secara ilmiah. Namun, karena film meninggalkan beberapa proses, ada beberapa lubang di film. Bagi yang sudah membaca novelnya, masih banyak hal luar biasa yang bisa diapresiasi dan bahkan dipelajari di The Martian.

2001: A Space Odyssey (1968)

Karya Stanley Kubrick 2001: A Space Odyssey dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu pencapaian sinematik terbesar dalam sejarah. Namun, film ini juga terinspirasi dari cerita pendek The Sentinel karya penulis Arthur C. Clarke. Yang cukup menarik, Clarke juga berkontribusi pada skenario film tersebut, yang kemudian diadaptasi menjadi novel lengkap.

Bisa dibayangkan, ada beberapa perbedaan yang cukup substansial antara film dan buku, terutama dengan terbatasnya inspirasi untuk film tersebut. Terlepas dari itu, kesuksesan besar film tersebut masih bergantung pada visi asli Clarke. Untuk semua yang telah dicapai 2001: A Space Odyssey untuk film, masuk akal bahwa materi sumber juga pantas mendapatkan pengakuan.

Ender’s Game (2013)

Berdasarkan novel 1985 dari Orson Scott Card, novel Ender’s Game adalah yang pertama dalam barisan panjang buku lain. Meskipun film tersebut gagal meraih kesuksesan yang sama seperti novelnya, pasti ada adaptasi buku-ke-film yang jauh lebih buruk.

Meskipun film tersebut cukup dekat dengan buku yang sebenarnya, penerimaan keseluruhan terhadap film tersebut sangat umum. Meskipun terpukul dengan twist di akhir, sisa film tidak cukup menangkap keajaiban yang sama dari novel, membuatnya mudah untuk melihat mengapa akhirnya gagal.

Minority Report (2002)

Adapun film Steven Spielberg lainnya, Minority Report didasarkan pada cerita, The Minority Report, dari penulis Philip K. Dick. Dengan cerita aslinya yang dirilis pada tahun 1956, masih terdapat beberapa perbedaan substansial antara buku dan filmnya.

Faktanya, hampir semuanya berbeda selain fakta bahwa Precogs memprediksi kejahatan yang belum terjadi. Meskipun film itu sendiri masih bagus, sulit untuk mengatakan apakah penggemar film tersebut masih akan menikmati novelnya. Beberapa tema masih tetap sama, tetapi dengan begitu banyak waktu di antara keduanya, banyak kesamaan yang saat itu dengan masyarakat tidak menemukan jalan mereka ke film yang lebih modern.

Starship Troopers (1997)

Film Sci-Fi Berdasarkan Buku

Starship Troopers adalah film kultus yang sangat populer dan spoof yang sangat lucu yang melibatkan genre sci-fi. Awalnya, film itu sebenarnya akan diberi judul “Bug Hunt at Outpost Nine”, tetapi studio tersebut akhirnya dapat melisensikan nama novel Robert A. Heinlein, Starship Troopers.

Karena pergantian menit terakhir, buku dan film adalah dua hal yang benar-benar terpisah. Buku tersebut secara umum digambarkan memiliki banyak tema pro-perang yang dijalin ke dalam plot, sedangkan filmnya memiliki kebalikannya. Namun, film tersebut juga disambut dengan penerimaan yang relatif buruk, hanya mendapatkan pengikut setelah rilis awal. Meskipun penerimaan terhadap film Starship Troopers beragam, namun tetap memiliki sejarah dan hubungan yang sangat menarik dengan materi sumbernya.

The Thing (1982 dan 2011)

Anehnya, The Thing yang asli dibenci pada rilis awalnya. Baru beberapa tahun kemudian orang menyadari kehebatannya, sekarang menyebutnya sebagai salah satu kontribusi terbaik untuk fiksi ilmiah. Sementara versi 2011 dari film tersebut belum mengumpulkan reputasi yang sama, kedua film tersebut sebenarnya didasarkan pada novel, Who Goes There? Oleh John W. Campbell.

The Thing karya John Carpenter sebenarnya hampir mirip dengan peristiwa dalam buku tersebut. Meskipun masih ada beberapa perbedaan, penggemar novel dapat dengan mudah mengapresiasi film tersebut. Demikian pula, dengan buku yang dijunjung tinggi, masuk akal juga untuk film tersebut. Secara keseluruhan, betapa sederhananya konsepnya, The Thing tetap menjadi salah satu film fiksi ilmiah terbaik tidak hanya berdasarkan buku, tetapi juga sepanjang masa.

Beberapa Judul Film Sci-Fi Pada Tahun 2021

Beberapa Judul Film Sci-Fi Pada Tahun 2021 – 2021 menampilkan rilis beberapa film fiksi ilmiah baru, termasuk sekuel dari waralaba yang sudah populer, adaptasi fiksi ilmiah klasik, dan properti yang sepenuhnya orisinal.

Film fiksi ilmiah telah mengukir sebagian besar industri film, memungkinkan pembuat film dan penonton untuk mengeksplorasi konsep masa depan serta dampak teknologi dan ide baru. Banyak film fiksi ilmiah baru-baru ini, seperti Denis Villeneuve’s Arrival, telah terbukti sukses secara komersial dan kritis, menarik perhatian penonton dan penghargaan musim yang sama.

Sci-fi juga merupakan salah satu genre film paling serbaguna saat ini. Dari raksasa box office seperti film Star Wars hingga film independen yang lebih berisi seperti Ex Machina, film sci-fi membuka pikiran penonton ke dunia dan kemungkinan baru, seringkali dengan bantuan efek visual yang inovatif.

Karena pandemi virus corona, lanskap film sci-fi telah bergeser. Banyak film fiksi ilmiah yang sangat dinantikan yang dijadwalkan untuk rilis pada tahun 2020 didorong kembali ke tahun 2021. Demikian pula, beberapa film fiksi ilmiah yang dijadwalkan untuk tahun 2021 telah diundur ke tahun 2022, termasuk sekuel terkenal seperti Avatar 2 dan Jurassic World: Dominion. Namun, 2021 masih menjanjikan pukulan dengan film sci-fi berikut. shortqtsyndrome

Chaos Walking – 5 Maret

Berdasarkan trilogi YA Patrick Ness yang sangat populer, Chaos Walking membayangkan masa depan di mana kuman telah memusnahkan semua wanita di Bumi dan meninggalkan pria dengan Kebisingan, kemampuan untuk mendengar pikiran semua makhluk hidup setiap saat.

Tom Holland berperan sebagai Todd Hewitt, seorang remaja yang dunianya terbalik ketika dia bertemu dengan seorang wanita bernama Viola Eade (Daisy Ridley). Chaos Walking difilmkan pada tahun 2017, tetapi perilisannya telah ditunda beberapa kali karena jadwal ulang serta jadwal Holland dan Ridley, yang semakin sibuk karena kedua bintang tersebut menjadi semakin terkenal.

Morbius – 19 Maret

Jared Leto berperan sebagai karakter tituler dalam Sony’s Morbius, perpaduan fiksi ilmiah dan horor berdasarkan karakter Marvel Comics Dr. Michael Morbius. Dr Morbius menderita penyakit darah langka, dan dalam upaya ekstrim untuk menyembuhkan dirinya sendiri, dia berakhir dengan membunuh kekuatan vampir, menjadikannya vampir hidup.

Trailer film tersebut menunjukkan kisah asal Morbius dan juga menampilkan penampilan Michael Keaton sebagai penjahat Spider-Man MCU, Vulture, yang menunjukkan bahwa Sony mungkin mencoba membuat franchise antihero yang lebih besar termasuk Morbius dan antihero mereka yang lain, Venom.

Free Guy – 21 Mei

Awalnya dijadwalkan rilis pada tahun 2020, Free Guy menampilkan Ryan Reynolds sebagai Guy, karakter non-pemain dalam video game dunia terbuka. Saat Guy menyadari bahwa dia ada dalam sebuah game, dia bekerja untuk menjadikan dirinya pahlawan dan mencegah game tersebut ditutup.

Film ini memiliki pemain all-star, termasuk pemenang Emmy Jodie Comer dan sutradara film Taika Waititi, dan disutradarai oleh sutradara dan produser Stranger Things Shawn Levy. Harapkan banyak aksi dan kiriman kiasan video game dalam kombinasi sci-fi dan komedi ini.

Godzilla Vs. Kong – 21 Mei

The King of the Monsters berhadapan dengan King of the Apes di Godzilla vs. Kong, lanjutan dari Kong: Skull Island dan Godzilla: King of the Monsters. Godzilla dan King Kong adalah dua monster sinematik paling ikonik fiksi ilmiah, dan pertandingan ini menandai pertama kalinya mereka bertarung di layar lebar sejak King Kong vs Godzilla tahun 1962 dari Toho, yang membuat Kong berjaya. Sebuah pertandingan ulang yang sangat dinanti ditambah kemungkinan untuk Perang Saudara Titan bisa menjadikan ini film terbesar di MonsterVerse Legendaris.

Infinite – 28 Mei

Dikenal dengan film aksi seperti Training Day dan The Equalizer, Sutradara Antoine Fuqua kini beralih ke sci-fi dengan Infinite, adaptasi dari D. Eric Maikranz’s The Reincarnationist Papers. Mark Wahlberg berperan sebagai Evan Michaels, seorang pria yang dihantui oleh halusinasi yang dia sadari adalah kenangan dari kehidupan masa lalu. Evan bergabung dengan orang lain seperti dia “infinites” lainnya untuk menggunakan kemampuan ini demi kebaikan umat manusia.

Ghostbusters: Afterlife – 11 Juni

Ghostbusters: Afterlife adalah urusan keluarga, karena sutradara Jason Reitman memimpin sekuel film Ghostbusters asli ayahnya, Ivan. Hanya satu dari banyak sekuel film yang tertunda karena pandemi virus corona, tambahan baru pada kanon Ghostbusters ini mengikuti seorang ibu (Carrie Coon) dan kedua anaknya (Mckenna Grace dan Finn Wolfhard) saat mereka pindah ke kota kecil. Di sana, mereka akan menemukan koneksi mereka ke Ghosbuster pertama. Bill Murray, Dan Akroyd, Ernie Hudson, dan Sigourney Weaver akan mengulangi peran mereka dari film pertama.

Venom: Let There Be Carnage – 25 Juni

Rilisan lain dari Sony, Venom: Let There Be Carnage menindaklanjuti film hit 2018 Venom. Eddie Brock dari Tom Hardy terus hidup sebagai pembawa acara bagi symbiote alien yang mengubahnya menjadi Venom. Sekuel ini memperkenalkan hubungan symbiote-host lainnya, saat pembunuh berantai Cletus Kasady (Woody Harrelson) menjadi Carnage, musuh bebuyutan Venom. Meski ada perdebatan apakah film Venom Sony termasuk bagian dari MCU, sekuel ini pasti akan semakin meningkatkan cerita Eddie dan Venom lebih jauh.

The Tomorrow War – 23 Juli

Sutradara Chris McKay – yang baru-baru ini menjadi sutradara The Lego Batman Movie – menandai terjun pertamanya dalam aksi langsung dengan film fiksi ilmiah militer The Tomorrow War. Di masa depan, manusia kalah perang melawan invasi alien. Ilmuwan menemukan cara potensial untuk memenangkan perang dengan merekrut tentara dari masa lalu. Chris Pratt memimpin pemeran ansambel besar yang mencakup Yvonne Strahovski, Betty Gilpin, dan J.K. Simmons.

Film Sci-Fi Mendatang Pada 2021

Dune – 1 Oktober

Dune karya Denis Villeneuve yang sangat ditunggu-tunggu didasarkan pada novel fiksi ilmiah karya Frank Herbert dengan nama yang sama. Dune adalah salah satu buku paling berpengaruh dalam genre ini, terutama yang menginspirasi banyak elemen Star Wars. Itu juga dianggap tidak dapat disesuaikan – versi 1984 David Lynch adalah kegagalan kritis dan komersial. Namun, Villeneuve telah membuktikan dirinya sebagai auteur sci-fi dengan film-film seperti Arrival dan Blade Runner 2049, menempatkannya dalam posisi yang baik untuk beradaptasi dengan yang tidak dapat disesuaikan. Timothee Chalamet berperan sebagai Paul Atreides, pewaris House Atreides. Dia dan keluarganya dikirim ke planet Arrakis yang nyaris tidak bisa dihuni, juga dikenal sebagai Dune. Bentang alam pencuci mulut yang luas, cacing pasir yang ikonik, dan rempah-rempah yang melange – yang memungkinkan perjalanan antarbintang – berlimpah. Film ini menampilkan pemain all-star, termasuk Oscar Isaac, Rebecca Ferguson, Zendaya, Javier Bardem, dan Jason Momoa.

The Matrix 4 – 22 Desember

Seri Matrix yang ikonik kembali setelah hampir dua dekade dengan The Matrix 4, disutradarai dan ditulis bersama oleh Lana Wachowski, salah satu dari dua saudara kandung yang membuat aslinya. Detail tentang sekuelnya masih dirahasiakan, tetapi Keanu Reeves dan Carrie-Anne Moss mengulangi peran mereka sebagai Neo dan Trinity. Beberapa pemain baru telah ditambahkan ke dalam pemeran, termasuk Yahya Abdul-Mateen II, Jessica Henwick, dan Jonathan Groff. Apakah film tersebut mencapai ketinggian aslinya atau membuat kesalahan yang sama seperti The Matrix Reloaded dan Revolutions masih harus dilihat. Namun, cerita baru, pemeran baru, dan efek visual yang diperbarui mungkin hanya yang dibutuhkan waralaba untuk berhasil.

Beberapa Judul Film Sci-Fi Yang Brilian Tapi Terlupakan

Beberapa Judul Film Sci-Fi Yang Brilian Tapi Terlupakan – Fiksi ilmiah adalah genre sastra dan film yang masif dan produktif. Ini telah menghasilkan beberapa permata dari film dan waralaba independen selama bertahun-tahun, seperti Star Wars, Star Trek, dan The Matrix. Sebagai sebuah genre, genre ini mengajukan beberapa pertanyaan yang sangat penting dan penting tentang masa depan umat manusia, hubungan kita dengan teknologi, dan pertanyaan tentang etika dalam eksperimen, kedokteran, dan biologi.

Dengan begitu banyak film yang dapat dipilih dari beberapa dekade yang lalu, wajar jika beberapa mahakarya indie tersesat dalam kekacauan. Berikut adalah 10 permata tersembunyi yang masih layak untuk ditonton. slot88

Capricorn One (1978)

Adakah yang pernah mendengar teori konspirasi bahwa pendaratan di bulan tidak pernah terjadi dan semuanya direkam di studio film dan kemudian disajikan kepada publik sebagai kenyataan? Premis utama film ini adalah bahwa teori ini benar, tetapi menggantikan bulan dengan Mars. Brubaker, Willis, dan Walker – kru misi berawak pertama ke Mars, Capricorn One – tiba-tiba dikeluarkan dari pesawat ruang angkasa sebelum diluncurkan dan dibawa ke pangkalan bekas militer di gurun pasir.

Mereka diberi tahu bahwa kesalahan dalam sistem pendukung kehidupan akan membunuh mereka, tetapi bagian mereka belum berakhir: mereka harus membantu NASA merekam rekaman “pendaratan” mereka dan kemudian tetap diam, dengan satu atau lain cara.

Existenz (1999)

Apa itu realitas, jika tidak terasa berbeda dengan realitas maya? Ini adalah pertanyaan yang diajukan oleh mahakarya indie tersembunyi David Cronenberg. Di dunia di mana “gamepod” telah menggantikan konsol –memungkinkan pemain untuk memasukkan kesadaran mereka ke dalam dunia game dan tinggal di dalamnya – desainer game dipuja seperti dewa dari publik dan dibenci oleh Realis, orang yang menyabotase videogame dan perusahaan karena mereka “distort reality”.

Allegra Geller, seorang desainer jenius, sedang menguji game barunya eXistenZ dengan grup fokus saat seorang Realis menyerang. Dia melarikan diri dengan humas perusahaan, Ted, dan mereka mengisolasi diri untuk memasuki permainannya dan memeriksa potensi kerusakan. Sekarang, keberadaan berhenti dan eXistenZ dimulai.

Alien Raiders (2008)

Ini adalah film terbaru dalam daftar, tetapi tetap jauh dari perhatian arus utama, menarik lebih banyak pengikut kultusnya sendiri (meskipun, itu dirilis hanya di Fantastic Fest dan kemudian langsung ke DVD). Dengan referensi yang jelas ke The Thing karya John Carpenter, film ini adalah penghormatan yang cerdas dan mengerikan untuk horor sci-fi tahun 80-an.

Pelanggan dan karyawan di supermarket kecil tiba-tiba disandera oleh sekelompok pria yang mencari “mereka” di antara orang-orang. Dengan cepat terungkap bahwa mereka mencari parasit alien yang dapat berkembang biak di dalam tubuh manusia.

Videodrome (1983)

Film horor tubuh sci-fi ini adalah salah satu proyek Cronenberg yang kurang terkenal, tetapi masih layak untuk ditelusuri. Max Renn, CEO dari sebuah stasiun TV kecil di Toronto, menemukan sebuah acara bernama Videodrome yang menggambarkan penyiksaan dan pembunuhan yang kejam terhadap korban yang tidak dikenal. Terpesona, Max mulai menyiarkan acara tersebut secara ilegal di salurannya sendiri.

Karena sangat tertarik dengan apa yang sebenarnya ada di balik pertunjukan tersebut, dia menggali lebih dalam dan menemukan banyak hal yang mengganggu tentang Videodrome, termasuk seberapa nyata adegan tersebut. Halusinasi, pengendalian pikiran, dan persaingan politik hanyalah beberapa dari konspirasi yang ia temukan di sepanjang jalan.

The Quiet Earth (1985)

Berdasarkan novel Craig Harrison tahun 1981, gambar Geoffrey Murphy adalah ekstravaganza survival sci-fi, analog dengan film zombie akhir zaman George Romero tentang bagaimana eksperimen sains akan mengarah pada pemusnahan kita. Ilmuwan Zac Hobson, anggota program energi sindikat global yang dijuluki “Project Flashlight”, bangun pada suatu pagi dan menyadari bahwa kota yang dia tinggali… tidak berpenghuni.

Tidak hanya kotanya, dia segera menyadarinya, tapi seluruh dunia. Semua orang telah menghilang dan pencarian Zac untuk para penyintas hanya akan terbebani oleh kemungkinan gangguan psikologisnya sendiri.

The Man Who Fell To Earth (1976)

David Bowie berperan sebagai Thomas Jerome Newton, alien yang menyamar dalam bentuk humanoid yang datang ke bumi dalam misi untuk mendapatkan air untuk planetnya yang dilanda kekeringan. Kecerdasannya yang superior dikombinasikan dengan teknologi canggih planetnya membuatnya menjadi sensasi di industri teknologi dan kaya hampir dalam semalam.

Namun, ia juga mengenal sifat buruk manusia: alkohol, seks, dan TV menjadi kecanduannya yang dicintainya. Dia mulai tinggal bersama Mary-Lou, mantan karyawan hotel, dan terus memberi makan kecanduannya, sampai identitas aslinya ditemukan oleh Dr. Nathan Bryce, seorang pria yang menurut Newton dapat dipercaya.

They Live (1988)

Ini adalah salah satu film John Carpenter yang kurang terkenal, dibayangi oleh film-film seperti Halloween dan Escape From New York, tetapi masih sangat orisinal dan menyajikan konsep yang benar-benar menarik sekaligus menjadi alegori yang berwawasan. Seorang drifter, John Nada, tiba di LA dan menerima pekerjaan di bidang konstruksi. Rekan kerjanya, Frank, menawarinya berlindung di kota kumuh. Pemimpin de-facto kota, Gilbert, pergi ke pertemuan yang mencurigakan di gereja terdekat dan Nada mengikutinya.

Gilbert bertemu dengan seorang pengkhotbah TV yang sebelumnya meretas semua saluran untuk memperingatkan masyarakat tentang sinyal yang secara mental memperbudak orang dan “mereka”, sebuah kelompok jahat di belakangnya. Belakangan, Nada mengambil kacamata hitam dari salah satu kotak gereja: kacamata hitam yang mengungkapkan kepadanya pesan-pesan subliminal yang disampaikan kepada publik, tetapi juga alien yang hidup di antara umat manusia.

Dark City (1998)

Chef d’oeuvre yang menghantui oleh Alex Proyas ini menggabungkan fiksi ilmiah dengan misteri dan estetika neo-noir. Berlatar di kota tanpa nama yang tampaknya menghindari era tertentu, film ini mengikuti John Murdoch.

Dia terbangun di bak mandi tanpa mengingat kehidupan sebelumnya dan menerima telepon dari Dr Schreber, yang mengarahkannya untuk melarikan diri untuk menghindari “The Strangers”: sekelompok pria misterius yang mengejarnya. Di dalam ruangan, John menemukan mayat seorang wanita dan segera menyadari bahwa dia adalah tersangka dalam sejumlah pembunuhan yang tidak ingat pernah dilakukannya. Dengan polisi dan Orang Asing di belakangnya, John mencoba mengingat identitasnya dan menyadari bahwa dia memiliki kemampuan yang sama dengan Orang Asing: “tuning”, atau cara untuk mengubah kenyataan.

THX 1138 (1971)

Film Sci-Fi yang Brilian Tapi Terlupakan

Penggemar berat Star Wars pasti tahu bahwa film ini adalah debut film utama George Lucas; itu awalnya menerima tinjauan yang beragam dan tidak berbuat banyak di box office, tetapi kejayaan Lucas selanjutnya menambah keunggulannya. Dalam masyarakat futuristik, seks dan reproduksi tidak diperbolehkan, dan perasaan serta hubungan tidak dapat disebutkan; orang diberi nama (terdiri dari tiga huruf dan empat angka) dan pekerjaan yang harus mereka lakukan.

Pekerjaan mereka seringkali berbahaya, tetapi mereka diberi obat-obatan untuk membantu mereka bekerja dan membuat mereka patuh. THX 1138, seorang pekerja di pabrik android polisi, prihatin dan mendambakan sesuatu yang berbeda, situasi yang hanya meningkat ketika dia mencerna obat yang salah.

Solaris (1972)

Tour de force ini adalah salah satu film pertama Andrei Tarkovsky, salah satu auteur paling berpengaruh dan cerdik di Uni Soviet (dan di dunia). Plotnya mengikuti Kris Kelvin, seorang psikolog yang dikirim untuk menyelidiki situasi aneh di stasiun luar angkasa tua yang mengorbit dan mempelajari planet samudra Solaris. Kris segera mengetahui bahwa dari tiga ilmuwan di stasiun, dua yang tersisa, karena temannya, Dr Gibarian, telah melakukan bunuh diri.

Ilmuwan yang tersisa berada dalam kondisi mental yang kacau, stasiunnya berantakan, dan Kris melihat sekilas orang yang seharusnya tidak naik. Kris tidak bisa mengerti apa yang terjadi, tapi dia menjadi sangat terkejut saat melihat istrinya, yang meninggal beberapa waktu lalu, di kamarnya.

Film Sci-Fi Yang Tidak Masuk Akal Secara Ilmiah

Film Sci-Fi Yang Tidak Masuk Akal Secara Ilmiah – Meskipun alangkah baiknya jika manusia dapat melewati taman hiburan yang dipenuhi dinosaurus dengan bola hamster raksasa, kita tidak selalu bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Film fiksi ilmiah disebut “fiksi” karena suatu alasan. Mereka dimaksudkan untuk bercerita, dan dalam prosesnya, mereka sering kali membengkokkan aturan sains. Tetapi para penulis film-film ini sering menutupi lubang plot ilmiah dengan kata-kata dan grafik yang cukup mewah sehingga Anda mungkin tergoda untuk percaya bahwa penemuan yang dibuat-buat dalam plot mungkin benar-benar mungkin. Berikut adalah beberapa film fiksi ilmiah yang tidak masuk akal secara ilmiah.

District 9

Sebuah film fiksi ilmiah indie yang menarik perhatian banyak penggemar genre ini, film ini melihat perbedaan budaya antara penghuni Bumi dan alien mirip udang yang memutuskan untuk membangun rumah di sana. raja slot

Tentu saja, gagasan tentang alien yang benar-benar ada tampaknya tidak mudah dipahami saat ini dalam sejarah manusia. Namun, yang bahkan kurang masuk akal secara ilmiah adalah kenyataan bahwa manusia entah bagaimana bisa berubah menjadi salah satu alien ini.

Edge Of Tomorrow

Film aksi Tom Cruise dan Emily Blunt ini sangat menyenangkan, dan menjamin sekuel yang sedang dalam pengembangan. Terinspirasi sebagian oleh film pengulangan waktu lainnya, ini jelas membutuhkan banyak penjelasan ilmiah agar masuk akal.

Dengan karakter utama terjebak dalam siklus konstan, menimbulkan banyak pertanyaan tentang berapa banyak pengaturan ulang di penghujung hari dan mengapa memang teknologi perulangan ini digunakan atau bagaimana itu bahkan dibuat.

Looper

Film lain yang melibatkan perjalanan waktu, ada banyak elemen membingungkan tentang hit aksi ini. Dengan looper yang dikirim kembali ke masa lalu untuk dibunuh sendiri, pasti ada segala macam paradoks yang bisa terjadi.

Tidak hanya ada kekurangan akal logis tentang bagaimana konsep ini benar-benar berfungsi, tetapi juga aneh bahwa ini tampaknya menjadi satu-satunya hal yang digunakan untuk perjalanan waktu dan memang, tampaknya tidak berfungsi dibandingkan dengan film perjalanan waktu lainnya.

Arrival

Ini adalah film yang berhasil menulis ulang persis seperti apa fiksi ilmiah itu. Sebuah film yang mengeksplorasi bagaimana manusia dapat berkomunikasi dengan alien, ide-idenya menjadi rumit dengan sangat cepat saat pemahaman bahasa mereka berubah.

Waktu dengan cepat menjadi faktor dalam hal ini dan bahasa mereka tidak seperti apa pun yang dapat dipahami manusia. Meskipun teknik linguistiknya mungkin akurat, elemen ilmiah lainnya tidak masuk akal.

Blade Runner 2049

Sekuel hit tahun 1989 hanya menambah kebingungan lebih lanjut tentang bagaimana ilmu pengetahuan tentang realitas ini bekerja. Meskipun cara penggambaran masa depan Bumi mungkin sangat dekat dengan kebenaran, unsur-unsur alam semesta ini memiliki kekurangan.

Yang paling penting, cara kerja robot di dunia ini sebenarnya sangat membingungkan. Misalnya, tersirat bahwa dua dari mesin ini sebenarnya memiliki anak secara biologis, tetapi tidak jelas bagaimana ini bisa terjadi.

Guardians Of The Galaxy

Marvel Cinematic Universe banyak berperan dalam fiksi ilmiah, tetapi tidak lebih dari opera ruang angkasa yang menampilkan tim pencuri biasa-biasa saja dan kelompok yang tidak cocok bersama-sama untuk melawan pemimpin alien yang korup.

Dari bagaimana ruang angkasa digambarkan, hingga cara beberapa planet ini beroperasi, bahkan hingga keragaman spesies asing semuanya tidak masuk akal secara ilmiah. Akan sangat menarik untuk melihat apakah pohon yang bisa berbicara dan rakun dapat dijelaskan dengan penelitian yang tulus.

Transformers

Berdasarkan mainan terkenal dan serial animasi, robot yang menyamar tidak perlu dibandingkan dengan penelitian ilmiah asli di masa lalu karena sering kali dibuat dengan cara yang lebih aneh, daripada dalam pengaturan yang realistis.

Namun, adaptasi live-action dari franchise ini berarti ada banyak perbandingan dunia nyata dengan robotika yang bisa dibuat. Sifat sedikit organik dari organisme ini dan cara operasinya tentunya membutuhkan banyak penjelasan dari para ahli di bidangnya.

Alien

Di Alien, makhluk yang dibintangi adalah alien. Tapi makhluk aneh yang muncul dari dada orang seperti jack-in-the-box berlendir ini sebenarnya tidak masuk akal secara ilmiah. Mereka tumbuh sangat cepat, dan dari penampilannya, mereka tidak menggunakan cukup energi untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan yang begitu cepat.

Setelah mereka memasuki inang manusia mereka, alien tumbuh menjadi ukuran seperti anjing dalam beberapa jam, dan mengingat bahwa tuan rumah mereka dapat hidup, bernafas dan berjalan-jalan saat mereka bertindak sebagai inkubator hidup, tidak mungkin alien benar-benar memakan banyak bagian dalam inang mereka selama proses pertumbuhan. Jadi, jika mereka tidak banyak memakan inang mereka, bagaimana mereka bisa tumbuh begitu cepat? Mungkin mereka mampu melakukan metode penyerapan energi lain, tetapi ini tidak pernah dibahas di film-film.

Jurassic Park

Menurut Jurassic Park, yang Anda butuhkan untuk menciptakan kembali dinosaurus adalah nyamuk purba, darah dinosaurus, dan sedikit DNA katak untuk mengisi celah genetik. Tetapi ada sejumlah masalah dengan pendekatan froggysaurus ini. Pertama, sangat tidak mungkin DNA dinosaurus bertahan hingga zaman modern. DNA terdegradasi dengan sangat mudah, dan sangat jarang sampel yang dapat digunakan bertahan satu juta tahun, apalagi 66 juta tahun (ketika dinosaurus terakhir ada).

Tetapi bahkan jika para ilmuwan entah bagaimana mendapatkan DNA-dino, mereka tidak akan dapat bekerja hanya dengan fragmen. Saat menjawab pertanyaan yang kosong, Anda membutuhkan sisa kalimat sebagai konteks untuk menebak kata mana yang tidak ada. Demikian pula, untuk menghidupkan kembali dinosaurus, para ilmuwan membutuhkan seluruh genomnya (rangkaian lengkap DNA) untuk mengetahui bagian mana yang hilang. Dan sebagai lapisan gula pada kue yang dipenuhi lubang plot, bahkan jika babi terbang dan para ilmuwan mendapatkan genom dinosaurus lengkap, DNA katak tidak akan pernah digunakan untuk mengisi celah tersebut. Burung dan reptil lebih dekat kerabatnya dengan dinosaurus daripada amfibi, jadi para ilmuwan akan lebih cenderung menggunakan DNA buaya atau burung unta daripada Kermit.

King Kong

Berkat gravitasi, secara ilmiah mustahil bagi manusia untuk memiliki iPhone dengan layar yang tidak retak selama lebih dari setahun. Oh, dan juga, gravitasi membuat King Kong sangat tidak mungkin. Saat hewan bertambah besar, otot mereka harus berubah untuk mengakomodasi massa yang meningkat. Inilah sebabnya gajah dan dinosaurus berevolusi menjadi kaki yang tebal dan berotot.

Gorila lebih dari mampu menopang berat badannya sendiri dalam ukuran biasa, tetapi jika Anda menekan tombol perbesar dan menjaga proporsinya tetap sama, hewan yang dihasilkan hampir tidak bisa bergerak, apalagi melompat di sekitar Pulau Tengkorak dan memanjat Gedung Empire State. Jika King Kong benar-benar ada, dimensinya akan jauh berbeda dari gorila berukuran biasa. Dia akan memiliki kaki yang tebal dan otot yang lebih besar — ​​plus, dengan semua beban itu untuk dibawa kemana-mana, dia akan bergerak jauh lebih lambat daripada Kong dalam film.

Interstellar

Mengingat bahwa Interstellar adalah film tentang peradaban futuristik yang dapat memanipulasi ruang-waktu seperti Kubus Rubik, sungguh menakjubkan betapa hal itu benar tentang sains. Namun, ada beberapa celah yang mencolok, yang paling jelas adalah lubang cacing dan lubang hitam (lubang di ruang angkasa pasti membingungkan).

Secara teori, lubang cacing dapat menghubungkan dua galaksi yang jauh, tetapi terowongan melalui ruang angkasa tidak stabil. Tidak mungkin lubang cacing bisa dibuka, apalagi dilintasi oleh manusia. Dan ketika sampai pada lubang hitam, sebagian besar ilmuwan setuju bahwa siapa pun yang cukup beruntung untuk berada terlalu dekat dengan lubang hitam akan berakhir dengan spagetifikasi. Tapi tidak hanya Matthew McConaughey menghindari nasib mie saat dia tersedot ke singularitas, dia juga berhasil berkomunikasi dengan putri masa lalunya dan melompat ke masa depan untuk bertemu dengan cucu dewasanya. Serahkan pada McConaughey untuk terus hidup.

Avatar

Manusia suka berpikir bahwa, jika kita bertemu alien, kita akan bisa berjalan ke arah mereka dan menjabat tangan mereka. Tetapi kemungkinan besar kita akan menggoyangkan tentakel atau rahang bawah daripada anggota tubuh yang berjari lima. Dari komposisi atmosfer hingga gravitasi bumi hingga punahnya dinosaurus, manusia adalah hasil dari serangkaian keadaan yang unik di planet kita.

Kemungkinan kebetulan yang tepat tidak akan datang bersama di planet lain untuk menciptakan ras makhluk yang terlihat mirip dengan kita, apalagi hampir persis seperti kita. Namun dalam film fiksi ilmiah, kita sering melihat humanoid aliens identical dengan spesies kita kecuali beberapa perbedaan yang sangat kecil (seperti antena atau warna kulit). Di Avatar, alien lebih besar dan lebih biru dari kita, tetapi sebaliknya, mereka hampir sama. Tapi kisah cinta antara Jake Sully dan makhluk gurita raksasa bersayap mungkin tidak akan berhasil di box office.

Inception

Film Sci-Fi Yang Tidak Masuk Akal Secara Ilmiah

Mungkin tidak mengherankan bahwa tidak mungkin memasukkan diri Anda ke dalam mimpi orang lain (selain dari cara lama jatuh cinta). Mimpi terjadi di dalam pikiran seseorang, dihasilkan oleh aktivitas di otak dan hanya dirasakan oleh si pemimpi. Anda tidak dapat melompat ke aktivitas otak itu lebih dari saat Anda menonton film. Selain itu, tidak ada obat yang dapat menyebabkan tidur REM, dan orang tidak menjadi kecanduan mimpi mereka.

Dengan cara ini, Inception tidak masuk akal secara ilmiah. Tapi Christopher Nolan benar-benar benar tentang pikiran, mimpi, dan tidur dalam film thriller sarafnya. Nolan memasukkan konsep ini dalam filmnya, dan secara umum, mengikuti banyak aturan yang mengatur mimpi.

Gravity

Gravity menjadi benar tentang ruang dan sains, tetapi, seperti yang ditunjukkan Neil deGrasse Tyson dalam kata-kata kasar Twitter, ada banyak kesalahan juga. Premis film ini adalah, setelah satelit dihancurkan di atas Bumi, puing-puing yang bergerak cepat merobek kapal yang menampung awak astronot, menewaskan banyak orang dalam prosesnya. Putusannya? Mungkin, tetapi itu tidak akan terjadi seperti yang ditunjukkan dalam film.

Para astronot dan satelit yang hancur mengorbit pada kemiringan yang berbeda di atas planet, yang berarti bahwa puing-puing dari ledakan tersebut tidak akan mencapai kru secepat itu — dan tidak akan kembali setiap satu setengah jam seperti jarum jam. Selain itu, Sandra Bullock menggunakan alat pemadam api untuk terbang di luar angkasa seperti Iron Man pada satu titik di film tersebut. Ini mungkin dilakukan, tetapi dia tidak akan bisa bermanuver sendiri dengan akurasi seperti itu, menghancurkan lebih seperti Hulk daripada Tony Stark.

Monster Film Sci-Fi Tahun 80-an Paling Menakutkan

Monster Film Sci-Fi Tahun 80-an Paling Menakutkan – Aspek-aspek yang aneh, tidak biasa, dan membingungkan dari genre fiksi ilmiah selalu menangkap imajinasi manusia. Dari Bumi hingga bintang-bintang, kemungkinan tak terbatas disajikan bagi umat manusia untuk dijelajahi, dengan harapan mengembangkan teknologi baru, menemukan kehidupan baru, dan membuat peluang baru untuk memahami keberadaan kita di alam semesta. Pembuat film menangkap altruisme terbesar umat manusia dengan fiksi ilmiah, serta ambisi dan ketakutan tergelapnya.

Dari relung terdalam dari proses kreatif manusia telah datang makhluk yang tak terhitung jumlahnya yang menemukan tempat tinggal yang subur dalam film fiksi ilmiah. Monster-monster ini memiliki banyak bentuk, dari yang lucu hingga yang ganas, tetapi semua menghadirkan tingkat ancaman yang secara eksponensial lebih besar daripada yang bisa dicapai di luar alam yang paling dibuat-buat. Dari Stay Puft Marshmallow Man of Ghostbusters hingga Sandworm dari Dune, berikut adalah beberapa monster film fiksi ilmiah tahun 80-an yang paling menakutkan, yang diperingkat. bet88

The Stay Puft Marshmallow Man

Meskipun beberapa orang mungkin tidak terlalu memikirkan Stay Puft Marshmallow Man, maskot putih menggemaskan dari merek Stay Puft Marshmallow, dia cukup menakutkan ketika tingginya 50 lantai. Tanya saja kepada Ghostbusters yang melawannya untuk melindungi Kota New York – dia tidak menggemaskan atau gendut saat menghancurkan orang yang melihatnya dan menendang mobil.

Ghostbusters memiliki banyak makhluk aneh di dalamnya, dari hantu yang terbuat dari lendir hijau hingga anjing iblis bermata merah hingga setengah dewa trans-dimensional, tetapi The Stay Puft Marshmallow Man berkuasa sebagai yang paling mengerikan dari semuanya.

The Pit Monster

Tambang Musuh pada awalnya tidak dimulai sebagai fitur makhluk apa pun, tetapi pada akhirnya menampilkan segudang monster turun ke antagonisnya. Dennis Quaid dan Louis Gossett-Jr. dibintangi sebagai dua penjelajah luar angkasa, mantan manusia dan yang terakhir alien Drac, yang konfliknya mengakibatkan mereka menabrak planet misterius. Kedua musuh dipaksa untuk bekerja sama untuk bertahan dari medan yang bermusuhan dan mengerikan di dunia.

Salah satu makhluk yang mereka temui adalah Pit Monster, yang berasal dari Kaiju Jepang, makhluk raksasa seperti Godzilla dan Mothra. Itu adalah salah satu dari banyak spesies alien yang mereka temui, tapi yang pasti yang terbesar dan paling tangguh, dengan tentakel dan rahangnya yang besar membangkitkan hibrida makhluk Sarlacc dan Rancor dari Episode VI: Return of the Jedi.

The ID Monster

Ada lebih dari beberapa makhluk asing yang menghuni Galaxy of Terror, film fiksi ilmiah tahun 80-an sekte yang mengadu domba awak astronot dengan dunia berbahaya yang tak terhitung. Ketika kapal Tamu berangkat ke planet Morganthus yang dilanda badai, mereka tidak tahu bahwa perjalanan mereka mungkin tidak sepenuhnya dibuat sendiri.

Mereka bertemu dengan makhluk aneh yang mulai mengambil kru satu per satu, termasuk ” id monster “, yang pada dasarnya memperkuat ketakutan terburuk Anda dan kemudian membunuh Anda bersama mereka. Pada saat anggota kru terakhir harus melawan teman-temannya versi zombi, Anda akan mengira teror akan berakhir, tetapi kemudian dia menjadi pengganti pemimpin pertunjukan aneh galaksi ini.

The Thing

Tanpa diragukan lagi, makhluk yang diciptakan untuk The Thing karya John Carpenter adalah salah satu monster paling menakutkan dalam fiksi ilmiah, jika bukan bioskop itu sendiri. Mampu menyerap jaringan organisme hidup apa pun dan menggandakannya, The Thing dapat mengambil wujud siapa pun, bahkan teman terdekat Anda.

Film tersebut tidak berjalan sebaik yang diharapkan Carpenter ketika dirilis, dengan kritikus mendulang plotnya karena tidak dapat terungkap tanpa adegan berdarah dan kekerasan grafis yang berlebihan. Sejak itu, hal itu dihargai karena penerapan horor psikologisnya, karena para ilmuwan penelitian di Pos terdepan 31 perlahan-lahan beralih satu sama lain di Kutub Utara yang soliter, dengan sedikit harapan penyelamatan dan sumber daya yang semakin menipis.

The Sandworm

Penghuni paling terkenal dari film Dune dan semesta novel, Sandworm adalah makhluk raksasa yang ditemukan di planet Arrakis. Ia melakukan perjalanan di bawah hamparan gurun yang luas yang membentuk topografi dunia, meledak untuk melahap apa pun yang bergerak di permukaan.

Tempat berburu cacing pasir berada di area yang sama dengan rempah-rempah yang didambakan, obat yang sangat dicari. Kendaraan yang pergi berburu melange akhirnya diburu oleh cacing pasir, kejahatan yang diperlukan ketika Anda menganggap bahwa rempah-rempah sebenarnya adalah produk sampingan dari siklus hidup mereka. Sandworms didasarkan pada interpretasi Frank Herbert tentang naga yang menjaga harta karun di Eropa abad pertengahan.

The Terminator

Meskipun Terminator tidak memiliki rahang yang tajam atau cakar yang tajam, itu adalah salah satu monster paling menakutkan dalam sejarah fiksi ilmiah. Muncul pertama kali di Terminator dengan model T-800 (peran yang akan meluncurkan karir Arnold Schwarzenegger), dan kemudian T-1000 yang canggih (yang dapat membentuk dirinya sendiri menjadi objek atau orang apa pun), itu berkali-kali lebih kuat dan lebih cepat daripada manusia. menyerupai satu.

Terminator tidak membutuhkan tidur, makanan, atau kenyamanan masyarakat apa pun untuk melakukan yang terbaik; melacak dan membunuh. Sementara kemudian Terminator digunakan oleh manusia untuk tujuan perlindungan, keterampilannya paling banyak digunakan sebagai pembunuh atau tentara super. Ia dapat langsung mempelajari cara menggunakan senjata apa pun, memiliki kemampuan pemrosesan yang memberinya refleks superior, dan umumnya dapat berlari lebih cepat, mengakali, dan mengalahkan apa pun yang menghalangi jalannya.

The Predator

Monster Film Sci-Fi Tahun 80-an Paling Menakutkan

Manusia bukan lagi predator puncak ketika mereka bertemu dengan pemburu yang paling ditakuti di galaksi yang dikenal. Sekelompok tentara yang rutin turun ke Amerika Selatan tiba-tiba menemukan diri mereka berjuang untuk hidup mereka melawan makhluk tidak manusiawi dengan kekuatan, akal, dan teknologi yang superior. Namun, Predator telah menemui tandingannya di lini pertahanan terakhir manusia, Arnold Schwarzenegger.

Predator adalah salah satu film fiksi ilmiah paling sukses di tahun 80-an, dan alien Predator menjadi salah satu monster film paling terkenal sepanjang masa dengan topeng ikonik, kostum, dan rahangnya yang melebar. Arnie bertarung melawan Predator, menggunakan semua pengetahuan gerilya untuk mengalahkannya dalam perburuannya sendiri, tetapi bahkan setelah pertarungan epik, beberapa sekuel akan menyusul untuk penggemar yang menginginkan lebih banyak pembantaian.

The Alien

Tidak ada yang mengira sekuel bisa mengalahkan aslinya seperti James Cameron Aliens, tindak lanjut penuh aksi untuk mahakarya horor fiksi ilmiah Ridley Scott, Alien. Meskipun tidak memiliki suasana murung dari film pertama, tentang kru pesawat luar angkasa yang diteror oleh alien, film ini memiliki kualitas hingar bingar yang meningkatkan teror begitu alien ditemukan menjajah planet lain.

The “xenomorph”, dengan kerangka yang kuat, mematahkan rahang dalam, dan asam untuk darah menjadi mesin pembunuh yang lebih ganas saat menghadapi Marinir Luar Angkasa Bumi. Drone menghancurkan barisan mereka, dan Ratu hampir membunuh pahlawan waralaba Letnan Ellen Ripley. Sekarang dengan franchise Alien: Covenant, xenomorph terus menjadi monster film fiksi ilmiah paling menakutkan.

Sekuel Fiksi Ilmiah Terbaik Sepanjang Masa

Sekuel Fiksi Ilmiah Terbaik Sepanjang Masa – Kebijaksanaan umum mengatakan bahwa sekuel film selalu lebih buruk dari aslinya. Nah, kebijaksanaan umum salah. Selama empat puluh tahun terakhir, ada banyak reboot, sekuel, remake, dan prekuel dan beberapa di antaranya sebenarnya cukup bagus. Pada artikel ini kita akan melihat beberapa sekuel fiksi ilmiah terbaik.

RoboCop 2

Disutradarai oleh pembuat film Belanda Paul Verhoeven pada tahun 1987, RoboCop adalah film aksi brutal tentang Alex Murphy (Peter Weller), seorang polisi yang dibawa kembali dari ambang kematian dan diubah menjadi polisi cyborg tituler. Di tengah semua pengejaran dan ledakan, RoboCop juga menunjukkan masa depan distopia satir kepada pemirsa di mana perusahaan-perusahaan besar menjalankan daerah kumuh yang kumuh di Detroit. Ini adalah dunia yang tidak berbeda dengan yang disajikan dalam novel fiksi ilmiah William Gibson dan penulis cyberpunk lainnya. dewa slot

Tiga tahun kemudian, RoboCop 2 ditujukan untuk campuran kekerasan dan humor gelap yang serupa, dengan hasil yang tidak merata. Film ini disutradarai oleh Irvin Kershner, yang sebelumnya mengerjakan Empire Strikes Back. RoboCop 2 tidak memiliki keunggulan Verhoeven, tetapi setidaknya itu memiliki skenario yang gelap, aneh, dan sengaja provokatif oleh Frank Miller, penulis buku komik yang dikenal karena karya sebelumnya tentang komik Daredevil dan Batman, yang kemudian membantu menulis dan mengarahkan Sin City bersama Robert Rodriguez.

2010

2010 adalah film fiksi ilmiah yang layak yang, sayangnya, juga merupakan sekuel dari salah satu film terbesar yang pernah dibuat: Stanley Kubrick’s 2001: A Space Odyssey. Berdasarkan novel Arthur C. Clarke 2010: Odyssey Two, film ini bercerita tentang gabungan kru luar angkasa Soviet-Amerika yang dikirim untuk menyelidiki kejadian misterius di Jupiter dan bulannya Europa setelah ekspedisi bencana dari film pertama.

2010 disutradarai oleh Peter Hyams, seorang pembuat film yang membuat sejumlah film sci-fi sepanjang karirnya, seperti Capricorn One (1978), Outland (1981) dan Timecop (1994). Ini juga menampilkan pemeran yang solid, termasuk nominasi Academy Award Roy Scheider dan John Lithgow serta pemenang Academy Award Helen Mirren. Dirilis pada tahun 1984, 2010 mendapat ulasan positif dan sukses box office sederhana, tetapi tidak pernah mencapai status ikonik pendahulunya.

Bride Of Frankenstein

Pembuat film Inggris James Whale menyutradarai tiga film horor klasik: Frankenstein (1931), The Invisible Man (1933) dan Bride of Frankenstein (1935). Paus juga membawa ke layar perak penampilan ikonik Boris Karloff sebagai Monster Frankenstein dan membantu mengantarkan zaman keemasan film horor Universal tahun 1930-an.

Meskipun Frankenstein sukses besar, eksekutif Universal Pictures perlu diyakinkan untuk meyakinkan James Whale membuat sekuelnya. Merasa bahwa dia tidak mungkin bisa menduduki puncak film pertama, Whale malah memfilmkan Bride of Frankenstein sebagai komedi gelap yang kental. Ceritanya mengikuti Dr. Septimus Pretoris yang kejam (Ernest Thesiger) saat ia meyakinkan Dr. Henry Frankenstein (Colin Clive) untuk melanjutkan eksperimennya dalam animasi ulang dan membangun The Monster versi wanita (diperankan oleh Elsa Lancheste